
Oleh: Diaz
Subscriber Budi Ashari Official
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena menunda pernikahan atau bahkan memilih untuk tidak menikah semakin marak, terutama di negara-negara maju seperti Jepang. Ustadz Budi Azhari, dalam podcastnya, mengangkat isu ini dengan tajam. Ia menyoroti bahwa banyak orang, terutama generasi muda, memilih untuk hidup sendiri dengan alasan pernikahan dianggap merepotkan, mahal, dan membebani. Namun, di balik pilihan itu, apakah mereka benar-benar bahagia? Atau justru kesepian yang mereka rasakan?
Antara Kenyamanan dan Kesepian
Ustadz Budi Azhari mengawali pembahasannya dengan menyoroti fenomena di Jepang, di mana banyak orang memilih untuk tidak menikah dan hidup sendiri. Alasan utamanya adalah pernikahan dianggap sebagai beban finansial dan tanggung jawab yang besar. Di Indonesia, fenomena serupa mulai terlihat. Banyak anak muda yang memilih untuk menunda pernikahan hingga usia 30 atau 40 tahun, dengan alasan menunggu mapan secara finansial.
Namun, Ustadz Budi mempertanyakan, apakah mereka yang memilih untuk tidak menikah benar-benar tidak merasa kesepian? Meskipun mereka memiliki banyak teman dan menghabiskan waktu bersama hingga larut malam, atau bahkan menggunakan aplikasi pertemanan untuk mengisi waktu, Ustadz Budi meyakini bahwa kesepian tetap ada. Kesepian, menurutnya, erat kaitannya dengan malam hari. Saat seseorang harus pulang ke rumah dan tidur sendirian, di situlah kesepian itu terasa.
Ustadz Budi mengutip kisah Nabi Adam di surga sebagai contoh. Meskipun Adam memiliki segala fasilitas dan kenikmatan surga, ia merasa kesepian karena tidak memiliki pasangan. Ini menunjukkan bahwa manusia, sebagai makhluk sosial, membutuhkan pasangan untuk merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati.
Pasangan sebagai Sumber Ketenangan
Dalam podcastnya, Ustadz Budi mengisahkan bagaimana Allah menciptakan Hawa sebagai pasangan untuk Adam. Saat Adam tidur, Allah mengambil tulang rusuknya dan menciptakan Hawa. Ketika Adam bangun, ia melihat Hawa dan langsung merasakan ketenangan (sakinah) bersamanya. Ini menunjukkan bahwa pasangan diciptakan untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup.
Ustadz Budi menekankan bahwa Al-Qur'an telah menjelaskan tujuan pernikahan dengan jelas: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenang (sakinah) bersamanya." (QS. Ar-Rum: 21). Pasangan bukan hanya sekadar teman hidup, tetapi juga sumber ketenangan dan kasih sayang.
Apakah Aplikasi Pertemanan Cukup?
Di era digital, banyak orang mengandalkan aplikasi pertemanan atau media sosial untuk mengisi kekosongan hidup mereka. Namun, Ustadz Budi meragukan bahwa hal ini dapat menggantikan kehadiran pasangan dalam hidup. Kesepian, menurutnya, tidak bisa dihilangkan hanya dengan memiliki banyak teman atau menghabiskan waktu di dunia maya. Kesepian adalah perasaan yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan emosional yang dalam dengan orang lain.
Ustadz Budi mengingatkan bahwa kesepian adalah hal yang alami bagi manusia. Bahkan Nabi Adam, yang hidup di surga dengan segala kenikmatannya, merasa kesepian tanpa pasangan. Ini menunjukkan bahwa manusia membutuhkan pasangan untuk merasakan kebahagiaan yang sejati.
Pentingnya Pasangan dalam Hidup
Ustadz Budi mengajak pendengarnya untuk merenungkan kisah Adam dan Hawa. Pasangan diciptakan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis atau sosial, tetapi juga untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Tanpa pasangan, hidup terasa tidak lengkap, bahkan di surga sekalipun.
Ustadz Budi juga mengingatkan bahwa pernikahan adalah sunnah Nabi dan memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Menikah bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga tentang membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah (tenang, penuh cinta, dan kasih sayang).
Mempersiapkan Diri untuk Menikah
Ustadz Budi menyarankan agar generasi muda tidak takut untuk menikah. Meskipun pernikahan memiliki tantangan dan tanggung jawab, ia juga membawa kebahagiaan dan ketenangan yang tidak bisa didapatkan dari hidup sendirian. Selain itu, persiapan mental dan finansial sebelum menikah juga penting. Dengan mempersiapkan diri dengan baik, pernikahan dapat menjadi langkah awal menuju kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna.
Sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk menikah dan membangun keluarga yang sakinah. Dengan mempersiapkan diri dan menghilangkan rasa takut, pernikahan dapat menjadi jalan menuju kebahagiaan yang sejati. Seperti yang diingatkan oleh Ustadz Budi Azhari, "Hidup tanpa pasangan seperti surga tanpa Hawa—tidak akan pernah sempurna."

0 Komentar