BANJIR MAKIN MENGKHAWATIRKAN, BUTUH SOLUSI SISTEMIK


Oleh: Maya Dhita
Penulis Lepas

Banjir di wilayah Jabodetabek makin mengkhawatirkan. Tren banjir di wilayah ini makin meningkat seiring perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan ekstrem. Tiap tahun warga Jabodetabek harus menghadapi ancaman banjir saat musim hujan tiba. Tak hanya tempat tinggal yang terendam air, mereka pun dihadapkan pada sulitnya memenuhi kebutuhan hidup, dan ancaman penyakit.


Faktor Penyebab Banjir di Jabodetabek

Kepala pusat riset limnologi dan SDA BRIN, Luki Subehi mengatakan bahwa ada empat faktor utama penyebab banjir Jabodetabek, yaitu penurunan muka tanah (land subsidence), perubahan tata guna lahan (land use change), kenaikan muka air laut, serta fenomena cuaca ekstrem.

Dari keempat faktor tersebut ternyata fenomena cuaca ekstrem bukan penyebab utamanya, melainkan penurunan permukaan tanah yang meningkatkan risiko banjir hingga 145%, perubahan tata guna lahan di wilayah perkotaan menyumbang 12% risiko banjir, dan 3% disebabkan kenaikan muka air laut.


Penurunan Permukaan Tanah

Penurunan permukaan tanah sebagai faktor terbesar penyebab banjir Jabodetabek dapat terjadi secara alami maupun akibat ulah manusia. Secara alami, land subsidence disebabkan karena lapisan tanah yang makin memadat seiring berjalannya waktu. Kedua, adanya aktivitas tektonik yang menyebabkan tanah naik atau turun. Ketiga, adanya proses geologi yang menjadikan rongga atau gua bawah tanah yang kemudian runtuh.

Sedangkan penurunan tanah yang disebabkan aktivitas manusia yaitu:
  • Eksploitasi air tanah yang berlebih. Ketika terjadi pengambilan air tanah yang tidak terkendali sehingga menyebabkan banyak rongga di dalam tanah dapat menyebabkan tanah amblas.
  • Pertambangan bawah tanah menghasilkan adanya rongga di bawah tanah.
  • Pembangunan infrastruktur berat sehingga menekan tanah yang mengakibatkan penurunan.
Pengeringan lahan gambut yang menyebabkan material mengering dan menyusut.


Perubahan Tata Guna Lahan

Penyebab banjir berikutnya adalah perubahan tata guna lahan atau alih fungsi lahan. Salah satu contohnya adalah pembukaan lahan menjadikan berkurangnya luas hutan dan daerah resapan di daerah hulu. Hal ini menjadi pencetus meningkatnya aliran permukaan yang berujung banjir. Seperti banjir di daerah Bekasi yang hampir setiap tahun mengalami banjir disebabkan berkurangnya luasan permukaan resapan di wilayah hulu sedangkan daerah datarannya telah penuh dengan pemukiman penduduk.

Ditambah sistem drainase yang sudah tidak memadai karena dirancang dengan perhitungan lama. Perhitungan ini tidak memperkirakan perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan tinggi sehingga drainase tidak mampu menampung limpasan air hujan.

Begitu juga pemanfaatan daerah aliran sungai sebagai pemukiman, pertanian, industri, membuat area resapan berkurang. Selain itu alih fungsi DAS menyebabkan hilangnya vegetasi penahan air, berkurangnya daya serap tanah, adanya erosi atau sedimentasi sungai, hingga pendangkalan sungai karena sedimentasi dan limbah.


Solusi Sistemis

Kini hujan deras beberapa jam saja mampu mengakibatkan banjir. Wilayah terdampak banjir pun makin meluas. Pemerintah pun melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi banjir. Pemerintah akan memfungsikan kembali sumur-sumur resapan, melakukan pengerukan sedimen sungai, serta modifikasi cuaca.

Namun, hal itu tampaknya tidak akan menjadikan Jabodetabek bebas banjir. Permasalahan banjir di negeri ini adalah permasalahan sistemis yang harus diselesaikan secara sistemis juga. Ketiga pilar kehidupan yaitu individu, masyarakat, dan negara harus saling bekerja sama mewujudkan program bebas banjir dalam negeri. Sedangkan yang mampu mengatur ketiga pilar tersebut adalah sistem yang sahih yang berasal dari Sang Maha Benar.

Sistem Islam adalah satu-satunya sistem sahih yang mampu menyelesaikan masalah banjir di negeri ini. Saat semua diatur dalam sistem Islam, ketiga pilar kehidupan tersebut akan tunduk dan takut pada Allah dengan cara mematuhi syariat-Nya. Sehingga tidak ada lagi pemikiran kapitalis yang muncul sebagai reaksi aktifitas manusia sehari-hari.

Maka, tidak akan ada pembangunan rumah maupun pemukiman tanpa adanya perencanaan jelas hanya demi mengejar keuntungan. Sistem drainase terbaik akan menggantikan sistem drainase lama. Alih fungsi lahan hanya akan dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kegunaan dan dampaknya terhadap lingkungan. Serta masih banyak lagi upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi banjir.


Masa Khilafah

Dalam Daulah Islam, seorang Khalifah akan mengerahkan segala pikiran dan tenaganya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini merupakan amanah sebagai pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban Allah ï·» di akhirat. Rasa takutnya kepada Allah ï·» telah mengikatnya sehingga selalu berusaha bertindak dalam koridor hukum syarak.

Sebagaimana Umar bin Khattab yang merasa gelisah saat melihat jalan berlubang. Dia khawatir jika jalan tersebut bisa mencelakai seekor keledai. Dia takut nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah akan hal ini. Rasa takut itulah yang membuat Khalifah berusaha untuk membangun infrastruktur yang akan mempermudah kehidupan rakyatnya dan menjauhkan mereka dari bahaya yang mengancam jiwa.

Contoh mitigasi pencegahan banjir yang dilakukan di masa Khilafah adalah sebagai berikut:
  • Pada masa Kekhilafahan Abbasiyah dibangun beberapa bendungan di daerah Baghdad, Irak, yang terletak di sungai Tigris. Pembangunan ini bertujuan untuk menampung curahan air dari air sungai dan hujan, sekaligus menyediakan irigasi yang lebih stabil bagi pertanian.
  • Pembangunan bendungan pengatur air pertama kali di sungai Uzaym, Jabal Hamrin, Irak, yang digunakan untuk mengatur atau mengalihkan aliran air.
  • Pada tahun 970 dibangun bendungan Parada dekat Madrid, Spanyol.
Pembangunan kanal, sungai buatan, dan drainase untuk memecah penumpukan volume air serta mengalirkan ke darah yang aman.

Dengan adanya pembangunan infrastruktur, perencanaan tata ruang, dan kebijakan lingkungan, khalifah mampu menjaga rakyat dari risiko banjir.


Khatimah

Banjir yang terus berulang setiap tahun di Jabodetabek merupakan masalah sistemis yang harus diselesaikan secara sistemis juga. Karena segala solusi parsial yang dihasilkan di sistem kapitalis ini hanya akan jadi kebijakan mentah yang mampu dipermainkan oleh uang dan kekuasaan. Hanya Islam sebagai ideologi yang mampu menghasilkan solusi yang benar-benar berpihak pada rakyat.

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar