BANGSA PALESTINA ADALAH SAUDARA KITA, DAN HARUS KITA BELA


Oleh: Enung Nurhayati
Penulis Lepas

Konflik Palestina berlangsung sejak 75 tahun lalu hingga hari ini. Tak pernah selesai, bahkan makin kusut. Padahal, sejumlah upaya perdamaian, gencatan senjata, termasuk solusi dua negara sudah sering diupayakan, terjadi berkali-kali. Namun faktanya, krisis di Palestina terus bergolak.

Di sisi lain, kaum Yahudi Zionis bertindak semakin bengis. Sejak mengeksekusi tanah Palestina, sudah ratusan ribu rakyat Palestina tewas, jutaan terusir dari tanah airnya. Korban terbanyak terutama adalah wanita dan anak-anak. Bahkan pada serangan terbaru, kaum Yahudi sepertinya berniat untuk memusnahkan bangsa Palestina. Warga sipil, termasuk anak-anak, bahkan bayi-bayi, dibombardir. Fasilitas publik seperti rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat paling aman juga dihancurkan. Fasilitas lain seperti air dan listrik turut dibom. Semua dilakukan secara membabi buta.

Seluruh kekejian dan kebengisan Zionis Yahudi itu disaksikan oleh mata dunia, termasuk tentu oleh para pemimpin dunia, khususnya para penguasa negeri-negeri Muslim, terlebih lagi para penguasa Arab.

Namun seperti biasa, mereka diam seribu bahasa. Kalaupun bertindak, hanya sebatas retorika belaka. Hanya mengecam, tanpa melakukan tindakan nyata seperti mengirim ratusan ribu pasukan untuk menggempur tentara Zionis Yahudi.

Sejumlah penguasa Arab, termasuk Turki, tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Yahudi. Sebagian lain, seperti Mesir dan Yordania, bahkan menolak para pengungsi Palestina. Sungguh terlalu. Tak ada sedikit pun mereka menunjukkan naluri kemanusiaan.

Karena itulah, sejatinya kaum Muslim tidak bisa berharap kepada pemimpin dunia, termasuk para penguasa Arab dan Muslim, dalam menyelesaikan krisis Palestina tersebut. Tidak juga kepada PBB. Pasalnya, semua telah berkomplot untuk mendukung Zionis Yahudi, langsung maupun tidak langsung. Mereka sesungguhnya tidak peduli sama sekali terhadap nasib bangsa Palestina karena telah terikat dengan perjanjian-perjanjian politik dan ekonomi.

Bahkan ketika para penguasa pengkhianat ini bertemu dan mengadakan seminar yang membahas Palestina, pada saat itu pula serangan terhadap Gaza semakin mengganas. Kita lihat, beberapa resolusi yang mereka nyatakan hanya berisi kecaman, seperti mengecam agresi Zionis Israel sebagai kejahatan perang, pembantaian, tindakan tidak manusiawi, dan pengusiran terhadap 1,5 juta warga Palestina. Masih banyak lagi kekejaman yang dilakukan oleh Zionis Israel.

Jelas, yang dibutuhkan bukanlah sekadar kecaman atau usulan tanpa arti, tetapi langkah konkret untuk menghentikan kebiadaban Yahudi Israel la‘natullāh ini, yaitu dengan melawan, mengusir mereka, dan menghancurkannya.

Tentu saja, langkah yang dilakukan harus berdasarkan syariah Islam, yaitu jihad fī sabilillāh dan penegakan negara Khilafah. Di mana seorang Khalifah akan siap mengerahkan kekuatan militer dari negeri-negeri Islam untuk menghadapi kekuatan Zionis Yahudi ini.

Menyelamatkan bangsa Palestina adalah tanggung jawab dan kewajiban umat Muslim, karena umat Islam ibarat satu tubuh. Jika ada satu anggota tubuh yang sakit, maka yang lainnya juga akan merasakannya.

Maka di sinilah pentingnya perjuangan untuk menegakkan kembali Khilafah ‘ala minhājin-nubuwwah. Khilafah inilah yang akan menyatukan negeri-negeri Islam dan menyempurnakan mobilisasi pasukan kaum Muslim dari berbagai negeri. Tegaknya Khilafah Islam akan sekaligus menumbangkan para penguasa negeri Islam yang selama ini justru telah berkhianat dengan menjaga eksistensi penjajah Yahudi ini.

Sungguh, kaum Muslim sedunia hanya bisa berharap pada kehadiran kembali Khilafah ‘ala minhājin-nubuwwah. Khilafah inilah yang akan sanggup dan mampu menyelesaikan segala krisis dunia, termasuk krisis Palestina. Khilafah pula yang akan melindungi kaum Muslim di seluruh dunia, terutama tanah Palestina yang diberkahi.

Wallāhu a‘lam bish-shawāb.

Posting Komentar

0 Komentar