
Oleh: Ummu Mubarok
Pengasuh Majelis Taklim
Grup Facebook Fantasi Sedarah mengejutkan masyarakat. Rasa marah, sedih, dan miris bercampur menjadi satu. Kerusakan moral akibat penerapan sistem sekuler benar-benar melampaui batas akal sehat. Tak terbayang apa yang sesungguhnya ada dalam benak mereka. Keluarga, yang seharusnya menjadi benteng perlindungan terakhir, justru runtuh.
Yuni Asriyanti, Ketua Subkomisi Pengembangan Sistem Pemulihan Komnas Perempuan, mengungkapkan bahwa meskipun grup tersebut telah dibubarkan, bukan berarti pelakunya tidak dapat dilacak. Ia mendesak aparat kepolisian untuk menindaklanjuti kasus Fantasi Sedarah secara menyeluruh, karena telah menimbulkan keresahan publik. Yuni juga menegaskan bahwa proses hukum perlu ditegakkan agar komunitas serupa tidak kembali muncul di ruang digital. (Beritasatu.com, 17/5/2025)
Dampak Paham Sekularisme
Kasus hubungan sedarah bukanlah fenomena baru di negeri ini. Namun, praktik keji semacam ini menjadi sangat memprihatinkan mengingat Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim. Peristiwa ini menunjukkan bahwa negara telah abai terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat hidup bebas tanpa rambu yang membatasi perilaku. Mereka melakukan apa saja demi memuaskan hawa nafsu; perilakunya menyerupai binatang, bahkan lebih rendah.
Inilah potret buram dari peradaban sekuler. Kerusakan moral akibat sekularisme benar-benar berada di luar batas nalar manusia. Akal manusia yang terbatas digunakan untuk mengatur kehidupan manusia lainnya. Alih-alih menghasilkan kebaikan, justru kerusakan demi kerusakan yang ditimbulkan. Hubungan inses yang kian marak bukan hanya merusak individu, tetapi juga menghancurkan tatanan keluarga. Praktik kemaksiatan ini membuat keluarga tidak lagi menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya, di antaranya:
Pertama, fungsi reproduksi. Anak yang dilahirkan dari hubungan inses akan mencemari garis keturunan (nasab) dan menyebabkan ketidakjelasan status anak.
Kedua, fungsi pendidikan. Keluarga merupakan tempat utama anak memperoleh pendidikan dari orang tua, termasuk belajar menghormati dan menyayangi sesama anggota keluarga. Inses merusak fungsi ini: relasi dalam keluarga tidak lagi berlandaskan nilai-nilai syariat, melainkan dikendalikan oleh nafsu syahwat.
Ketiga, fungsi perlindungan. Keluarga semestinya menjadi tempat berlindung bagi anak dari berbagai ancaman dan kejahatan. Namun, dalam kasus inses, anak justru menjadi korban kejahatan dari orang tua atau anggota keluarga sendiri.
Keempat, fungsi rekreatif. Keluarga seharusnya menjadi ruang berbagi kebahagiaan dan ketenangan. Inses menghancurkan suasana tersebut, meninggalkan ketakutan dan trauma mendalam bagi korban.
Islam: Solusi Hakiki atas Masalah Inses
Islam adalah satu-satunya jalan hidup yang sahih, yang mengatur seluruh aspek kehidupan serta memberikan solusi bagi berbagai problematika manusia. Islam mewajibkan negara untuk mengurus rakyatnya dalam segala hal, termasuk menjaga keutuhan keluarga dan norma-norma kemasyarakatan dari serangan paham-paham yang merusak, seperti inses.
Keharaman inses telah dijelaskan secara tegas oleh Allah ﷻ dalam Al-Qur’an:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ اُمَّهٰتُكُمْ وَبَنٰتُكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ وَعَمّٰتُكُمْ وَخٰلٰتُكُمْ وَبَنٰتُ الْاَخِ وَبَنٰتُ الْاُخْتِ وَاُمَّهٰتُكُمُ الّٰتِيْٓ اَرْضَعْنَكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَاُمَّهٰتُ نِسَاۤىِٕكُمْ وَرَبَاۤىِٕبُكُمُ الّٰتِيْ فِيْ حُجُوْرِكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕكُمُ الّٰتِيْ دَخَلْتُمْ بِهِنَّۖ فَاِنْ لَّمْ تَكُوْنُوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ ۖ وَحَلَاۤىِٕلُ اَبْنَاۤىِٕكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ اَصْلَابِكُمْۙ وَاَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ الْاُخْتَيْنِ اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sesusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum bercampur dengan istrimu itu (dan telah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa [4]: 23)
Oleh karena itu, negara bertanggung jawab untuk menyiapkan pilar-pilar penjaga agar rakyatnya tidak terjerumus ke dalam perbuatan haram. Pilar-pilar tersebut meliputi:
Pertama, ketakwaan individu. Individu yang bertakwa akan lebih mudah mengikuti aturan Islam dan menjauhi perbuatan dosa. Ketakwaan mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan, sehingga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Kedua, kontrol masyarakat melalui amar makruf nahi mungkar. Masyarakat yang aktif menjalankan amar makruf nahi mungkar akan berperan dalam mengingatkan dan mencegah tindakan menyimpang dari syariat Islam. Hal ini menciptakan lingkungan sosial yang kondusif dan mencegah meluasnya kejahatan.
Ketiga, negara yang menerapkan syariat Islam. Negara yang menjalankan syariat Islam memiliki peran penting dalam menegakkan hukum dan menjaga keadilan. Penerapan syariat menciptakan tata pemerintahan yang adil dan transparan serta menjamin kesejahteraan rakyat.
Negara juga menerapkan sanksi tegas bagi pelaku inses, yang termasuk dalam kategori zina. Pelaku inses yang telah menikah dikenai hukuman rajam, sedangkan yang belum menikah dikenai hukuman dera (cambuk sebanyak 100 kali). Hukuman ini bertujuan sebagai efek jera sekaligus penebus dosa pelakunya.
Kerusakan seperti ini tidak akan pernah berakhir selama sistem kapitalisme sekuler tetap menjadi dasar kehidupan. Sebagai seorang muslim, kita berharap agar negara ini menjadikan Islam sebagai dasar dalam mengatur kehidupan, yakni melalui sistem Islam (khilafah). Hanya sistem inilah yang mampu menyelesaikan persoalan inses hingga ke akar-akarnya.
Wallahu a'lam bishshawwab

0 Komentar