KRISIS PANGAN DI GAZA, KRISIS KEMANUSIAAN SELURUH DUNIA


Oleh: SariYulia
Guru Swasta

Pada Jum’at 25 April 2025, World Food Program (WFP) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan stok makanan terakhir ke dapur-dapur umum di Jalur Gaza sehingga dalam beberapa hari ke depan, dapur-dapur tersebut akan berhenti beroperasi karena kehabisan stok makanan. (Antaranews.com, 25 April 2025)

Kondisi penduduk Gaza semakin mengkhawatirkan mengingat 80% lebih dari 2juta jiwa bergantung pada makanan dari dapur-dapur umum tersebut. Apalagi satu-satunya pabrik roti yang masih berdiri pun tak luput dari serangan udara yang terus dilancarkan Israel. Situasi ini diperparah dengan sangat tingginya harga bahan-bahan pangan di pasaran karena stoknya yang semakin menipis. Bahkan ketersediaan air pun semakin langka.

Krisis pangan ini terjadi di tengah blokade ketat yang diberlakukan Israel sejak 2 Maret lalu. Pemerintah Israel beralasan kebijakan itu bertujuan untuk menekan kelompok Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ditahan. Meskipun sebelumnya sempat disepakati gencatan senjata dan pertukaran tahanan pada Januari 2025. Namun Israel kembali menggempur Palestina dengan serangan udara besar-besaran yang menewaskan 2.062 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang lainnya pada 18 Maret lalu.

Dengan demikian, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, jumlah korban jiwa sejak agresi militer yang dimulai pada Oktober 2023 telah mencapai 51.439 orang dan 117.416 korban luka. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan bangunan dan di jalanan karena tim penyelamat kesulitan menjangkau mereka di tengah situasi yang sangat berbahaya. (Kompas.tv, 25 April 2025)

United Nations Relief and Worls Agency (UNRWA) for Palestine refugees in the Near East, menuturkan bahwa hampir 3 ribu truk bantuan bersiap memasuki Gaza, maka blokade harus segera dihentikan. Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa anak-anak Palestina di Gaza menderita kelaparan karena krisis pangan ini “bermotifkan politik” mengingat Israel terus mencegah masuknya pasokan makanan dan kebutuhan pokok lain.

Di sisi lain, Israel tengah menghadapi tekanan hukum internasional. November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). (Antaranews.com, 28 April 2025)

Tapi apakah gugatan-gugatan tersebut merupakan solusi yang tepat untuk membebaskan Palestina?

BUKAN, satu-satunya solusi yang ditetapkan Allah atas penjajahan Palestina adalah Jihad. Sebagaimana perintah Allah ﷻ dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 190, yaitu:

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ ۝١٩٠
Artinya: “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Namun sayangnya perintah Allah ﷻ ini seakan diabaikan dan tak kunjung terlaksana sehingga kini kondisi Gaza semakin mengerikan. Bahkan semakin memburuk karena adanya penguasa-penguasa muslim yang berkhianat pada umat.

Upaya untuk mengakhiri pengkhianatan terhadap umat muslim ini tentu memerlukan persatuan umat dalam naungan Khilafah. Inilah solusi tuntas yang telah dicontohkan Rasulullah ﷺ saat menghadapi Yahudi atau saat perang Hittin.

Hanyalah Jihad dan Khilafah yang dapat menyelamatkan Palestina dari genosida yang terus berlangsung hingga saat ini. Umat muslim harus saling berjuang dan berpegang teguh untuk mewujudkannya. Perjuangan itu membutuhkan adanya dakwah untuk membangkitkan kesadaran umat yang akan dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang istiqamah menyerukan jihad dan tegaknya Khilafah.

Lalu jika bukan sekarang, kapan lagi?

Posting Komentar

0 Komentar