
Oleh: Ai Siti
Muslimah Peduli Umat
Koalisi Global untuk Al-Quds dan Palestina kembali menggelar konferensi internasional bertema “Kemenangan Gaza adalah Tanggung Jawab Umat” pada Sabtu, 26 April 2025, di Istanbul, Turki. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Konferensi Tahunan Pelopor yang ke-14, diikuti oleh puluhan tokoh dari berbagai bidang media, budaya, sosial, serikat pekerja, akademisi, hingga pemuda serta lembaga-lembaga aktif dari sekitar 60 negara di seluruh dunia.
Konferensi ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh perlawanan, ulama, mantan tahanan, serta para pemimpin rakyat Palestina. Acara dijadwalkan berlangsung selama dua hari, mencakup sejumlah sesi khusus, lokakarya, serta pemutaran video dokumenter yang mengangkat berbagai aspek perjuangan Palestina.
Salah satu bagian penting dari acara ini adalah pameran seni budaya dan karya intelektual yang menggambarkan penderitaan anak-anak dan perempuan Gaza, nasib para tahanan di penjara penjajah, serta pengorbanan jurnalis dan pekerja media. Pameran ini bertujuan untuk meneguhkan semangat perlawanan, menunjukkan kegigihan rakyat Palestina, dan menyadarkan umat Islam bahwa isu Palestina adalah isu seluruh umat, bukan isu lokal semata.
Di tempat terpisah, Sekretaris ARI-BP, Oke Setiadi, menyampaikan bahwa ARI-BP bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), berbagai ormas, serta tokoh lintas agama telah mempresentasikan rangkaian Aksi Bela Palestina yang dilakukan di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara pasca operasi Thufanul Aqsha.
“Rangkaian aksi tersebut mendapat dukungan dari berbagai tokoh lintas agama di Indonesia, sehingga dukungan atas kemerdekaan Palestina sangat besar di Indonesia,” ungkapnya, Senin (27/4/2025). Ia menambahkan, “Terlebih dukungan Pemerintah Indonesia yang luar biasa, sehingga kami berharap rakyat Gaza dan Palestina tidak sendirian dalam memperjuangkan kemerdekaannya.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ketika International Court of Justice (ICJ) mengeluarkan putusan pada Juli 2025 terkait agresi Israel, seluruh negara di Asia Tenggara mendukungnya. “Padahal kita tahu beberapa negara di Asia Tenggara, memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sejak lama, dan ada yang dimulai sejak penjajahan dimulai di Palestina, dan inilah bukti nyata Gaza menyatukan kita,” ujarnya tegas.
Konferensi soal Gaza makin masif di berbagai tempat dengan tuntutan pengiriman tentara (jihad) dan khilafah
Barat menyadari krisis Gaza justru membuka pintu yang lebih lebar bagi arus kesadaran umat akan kewajiban dan urgensi khilafah. Ini menjadikan semua upaya yang sudah dilakukan untuk menghadang khilafah menjadi sia-sia. Artinya krisis gaza telah menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat sekaligus menandai terbitnya fajar khilafah.
Meski tegaknya khilafah merupakan keniscayaan sejarah, tapi wajib bagi para pengemban dakwah untuk lebih masif menggencarkan dakwah dalam rangka penegakkan khilafah kembali di semua kalangan, hingga terwujud opini umum yang masif dan membangun kesadaran umum tentangnya.
Dakwah ini wajib mengikuti metode dakwah Rasulullah yang target utamanya adalah melalui thariqah ummat, yakni dakwah penyadaran berbasis akidah hingga terbentuk dukungan kuat dari umat yang akan mendorong perubahan mendasar berupa dibaiatnya seorang khalifah bagi seluruh umat Islam.
Wallâhu a‘lam bish-shawâb.
0 Komentar