PALESTINA MERANA ISLAM SOLUSINYA


Oleh: Astri Ummu Aisyah
Penulis Lepas

Palestina, Oh Palestina

Sungguh hati ini terasa terkoyak setiap kali mendengar kata itu — Palestina. Negeri kaum Muslim yang diberkahi, kini menjadi rebutan keserakahan negara-negara biadab. Setiap jam, setiap menit, setiap detik, darah terus tertumpah di bumi Syam oleh kebiadaban Israel laknatullah. Satu demi satu nyawa melayang tanpa daya. Apa salah mereka? Apa dosa mereka hingga dibunuh dengan begitu keji?

Anak-anak, dewasa, hingga orang tua renta, semuanya menjadi syuhada di tangan penjajah.
Di manakah engkau, wahai kaum Muslimin?
Di manakah engkau, pembela Islam?
Apakah engkau buta?
Tidak melihat derita kami…
Apakah engkau tuli?
Tidak mendengar rintihan kami…

Bumi Syam dihancurkan!
Bumi Syam diluluhlantakkan!

Itulah jeritan saudara kita di Palestina.


Tragedi Nyata di Gaza

Seperti yang dilaporkan oleh ERAKINI pada 5 April 2025, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sejak serangan Israel kembali dimulai pada 18 Maret 2025, sedikitnya 100 anak telah terbunuh atau terluka setiap hari di Gaza. Meski demikian, Amerika Serikat terus menegaskan dukungannya bagi Israel.

Badan-badan Palestina dan PBB memperingati Hari Anak Palestina dengan mengangkat kisah-kisah tragis tentang anak-anak yang menjadi korban kekerasan di Gaza.

"Tidak ada yang dapat membenarkan pembunuhan anak-anak," ujar Philippe Lazzarini, Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), melalui akun X pada 5 April 2025, seperti dikutip dari Arab News.

Menurut data UNICEF, sejak serangan Israel dimulai kembali pada 18 Maret 2025, sebanyak 322 anak telah tewas.

Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, menyatakan bahwa gencatan senjata telah memberikan secercah harapan bagi anak-anak Gaza untuk memulihkan diri. Namun, realitasnya tetap mengerikan.

"Sejak 7 Oktober 2023, sekitar 1.100 anak ditahan oleh tentara Israel, sementara 39.000 lainnya telah kehilangan satu atau kedua orang tuanya akibat kekerasan tersebut," ungkap Hamas dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tersebut juga mengungkapkan bahwa anak-anak yang ditahan mengalami penyiksaan, kelaparan, pengabaian medis, dan perampasan hak-hak dasarnya setiap hari.

Menurut laporan hak asasi manusia Palestina dan Israel, lebih dari 9.500 warga Palestina, termasuk perempuan dan lebih dari 350 anak-anak, saat ini ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi yang memprihatinkan.

Sementara itu, UNRWA melaporkan bahwa lebih dari 142.000 warga Palestina telah mengungsi antara 18 hingga 23 Maret 2025. UNRWA memperingatkan potensi bencana kemanusiaan yang lebih besar di Gaza pasca runtuhnya gencatan senjata.

"Sejak perang di Gaza dimulai, sekitar 1,9 juta orang – termasuk ribuan anak-anak – telah mengalami pengungsian paksa berulang kali di tengah pengeboman, ketakutan, dan kehilangan," bunyi pernyataan UNRWA.

Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 50.600 warga Palestina di Gaza. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. (ERAKINI, 5 April 2025).


Mengapa Dunia Diam?

Ini adalah tragedi nyata. Bumi Syam dihancurkan, rakyatnya dibantai. Namun, para pemimpin negeri-negeri Muslim hanya diam. Mereka berlindung di balik pernyataan kecaman tanpa tindakan nyata.

Jika ada yang bergerak, itu pun hanya aksi individu atau kelompok kecil. Sementara solusi dua negara yang diusulkan PBB justru menyiratkan pengakuan terhadap pendudukan Israel atas sebagian wilayah Palestina.

Padahal, situasi semakin genting. Korban semakin banyak berjatuhan, namun dunia semakin terbiasa dengan pemandangan memilukan ini. Umat Islam seolah mati rasa, seakan ini hanyalah tragedi biasa yang terjadi di negeri jauh.


Mengapa Ini Terjadi?

Saat ini, umat Islam terpecah-belah oleh paham nasionalisme. Nasionalisme adalah senjata Barat untuk memecah belah kaum Muslim menjadi negara-negara kecil. Akibatnya, masalah Palestina tidak lagi dianggap sebagai persoalan umat Islam secara keseluruhan, melainkan hanya masalah rakyat Palestina semata.

Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan merasakan sakitnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." (HR Bukhari dan Muslim)

Kedua hadis tersebut mengingatkan bahwa kaum Muslim, di mana pun berada, adalah saudara. Mereka harus saling membantu, membela, dan merasakan penderitaan satu sama lain. Maka, masalah Palestina bukan hanya masalah rakyat Palestina, melainkan masalah seluruh kaum Muslim.


Solusi Akhir untuk Palestina

Masalah ini tidak akan selesai selama umat Islam tidak memiliki kepemimpinan tunggal. Layaknya anak ayam kehilangan induknya, umat Islam kini kebingungan menghadapi Israel. Di satu sisi, mereka masih butuh kerjasama dengan Israel; di sisi lain, mereka mengecam kekejaman Israel.

Untuk itu, umat Islam membutuhkan kepemimpinan tunggal — sebuah kepemimpinan yang pernah dicontohkan Rasulullah ﷺ, dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, dan diteruskan oleh para khalifah setelahnya. Kepemimpinan ini berlandaskan hukum Islam, menjadikan Islam sebagai satu-satunya ideologi, yaitu Khilafah.

Dengan sistem Khilafah, umat Islam dapat bersatu, mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.

Wallahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar