PENJAJAH DISAMBUT, PALESTINA DITINGGALKAN: PENGKHIANATAN PENGUASA ARAB TERHADAP UMAT


Oleh: Abu Jannah
Sahabat Gudang Opini

Bertepatan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Timur Tengah, sebanyak 80 warga Palestina diberitakan kembali menjadi korban kebiadaban militer Zionis Israel dalam rentetan serangan udara di Jalur Gaza, Rabu (14/5/2025).

Selain Arab Saudi, Presiden Trump juga dijadwalkan mengunjungi Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA), 13 hingga 16 Mei 2025. Ini sebuah ironi pahit yang menelanjangi realitas menyakitkan umat Islam. Ketika darah kaum Muslimin tumpah di tanah suci Palestina, para penguasa Arab hari ini justru sibuk menyambut hangat pemimpin penjajah dan pendukung utama entitas Zionis.

Serangan brutal ini menghantam kawasan pemukiman di Jabalia, Gaza utara. Menurut laporan medis yang dikutip Reuters, mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak. Ini bukan sekadar agresi militer biasa, tapi bentuk genosida terang-terangan yang dilakukan oleh entitas ilegal Israel, dengan restu penuh dari pendukungnya Amerika Serikat.

Namun, alih-alih ada reaksi militer balasan dari dunia Islam, yang terjadi justru parade diplomasi dan karpet merah malah digelar para penguasa Arab demi menyenangkan sang penjajah.


Penjilat Penjajah

Sikap para penguasa Arab ini tak bisa dilihat sebagai kelalaian semata. Ini adalah bentuk nyata dari pengkhianatan terhadap amanah umat.

Dalam Islam, pemimpin adalah pelindung (junnah) umatnya. Ketika umat diserang, tugas utama pemimpin adalah mengerahkan seluruh potensi kekuatan, termasuk militer, untuk melindungi dan membebaskan.

Namun yang kita saksikan hari ini justru sebaliknya: para pemimpin negeri-negeri Islam memilih duduk manis berdiplomasi dengan musuh, sementara rakyat Palestina terus menjadi sasaran pembantaian.

Padahal, negeri-negeri Arab bukan negeri yang lemah. Mereka memiliki kekuatan militer gabungan yang luar biasa. Mesir, Arab Saudi, Turki, Yordania, dan lainnya menyimpan potensi militer besar dan letak geografis yang strategis. Tapi potensi ini mandul karena tidak ada keberanian politik yang lahir dari aqidah Islam.

Mereka tidak bergerak mengirimkan pasukan militer untuk berjihad membela Palestina dan mengusir agresor penjajah entitas Yahudi dari sana. Ini terjadi karena sistem yang mereka anut hari ini bukanlah sistem Islam, tapi sistem sekuler dengan negara bangsanya (nation state) yang sempit, warisan kolonial yang justru menjadikan mereka budak kepentingan imperialisme negara-negara Barat.


Islam: Jalan Satu-satunya untuk Membebaskan Palestina

Dalam Islam, membebaskan tanah kaum Muslimin yang dijajah adalah fardhu ‘ain. Palestina bukan semata isu kemanusiaan, tapi isu aqidah dan syariat. Masjid Al-Aqsha adalah tanah suci ketiga umat Islam. Ketika tanah ini dijajah, maka seluruh umat Islam wajib membebaskannya.

Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan khalifah-khalifah setelahnya mencontohkan bagaimana negeri-negeri Muslim ditolong dengan jihad dan pengorbanan, bukan sekadar doa dan kecaman diplomatik.

Sayangnya, sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah tahun 1924, umat Islam kehilangan institusi politik yang mampu mengintegrasikan kekuatan mereka untuk membela tanah suci. Tanpa institusi Khilafah, negeri-negeri Islam terpecah dan dipimpin oleh boneka-boneka penjajah yang hanya peduli pada kursi dan kepentingan Barat.

Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa jalan diplomasi dan kecaman PBB tak akan pernah membebaskan Palestina. Hanya dengan menegakkan kembali sistem Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, yakni sebuah negara Islam global yang menyatukan negeri-negeri Muslim dan dipimpin oleh seorang Khalifah barulah umat ini akan memiliki perisai sejati.

Perisai yang akan mengerahkan pasukan-pasukannya, bukan untuk melindungi para penjajah, tapi untuk membebaskan bumi yang diberkahi dari cengkeraman Zionis.


Penutup

Darah terus mengalir, bangunan terus runtuh, kehormatan umat Islam terus dihinakan. Namun penguasa Arab justru tersenyum di hadapan Trump, musuh Islam yang nyata.

Inilah bukti bahwa kita tak bisa berharap pada sistem dan para penguasa saat ini. Hanya dengan kembali kepada Islam secara kaffah, dengan institusi Khilafah sebagai pemersatu umat dan pelindung (perisai) yang sesungguhnya, barulah kemuliaan dan kemerdekaan Palestina akan benar-benar terwujud.

وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
"Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan." (QS. Al-Anfal: 72)

Posting Komentar

0 Komentar