
Oleh: Ummu Syifa
Aktivis Muslimah
Sungguh miris, Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025 diliputi dugaan kecurangan. Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) dalam pernyataan resminya sangat menyayangkan dan mengutuk kecurangan tersebut. Modus kecurangan baru disinyalir dilakukan oleh peserta ujian dengan memasang kamera yang tidak terdeteksi metal detector di berbagai tempat seperti behel gigi, kuku, ikat pinggang dan kancing baju. Panitia pun kini sedang melakukan sejumlah verifikasi dan identifikasi yang dibantu oleh berbagai pihak. (beritasatu.com, 25/4/2025).
Jika diperhatikan, pemanfaatan teknologi untuk mengakali tes UTBK menggambarkan buruknya akhlak calon mahasiswa. Seharusnya, calon mahasiswa memahami asas dan tujuan pembelajaran yang tidak lain adalah keimanan kepada Allah ï·» membentuk manusia yang mempunyai pola pikir dan pola sikap yang benar, menjadikan belajar dilalui dengan proses usaha yang benar, tidak menghalalkan segala cara, dibarengi dengan kejujuran dan kesabaran.
Ketidakjujuran calon mahasiswa merupakan salah satu bukti kegagalan sistem kapitalisme dalam mewujudkan generasi yang berkepribadian Islam dan memiliki keterampilan. Kapitalisme membentuk pribadi yang tidak jujur dan menghalalkan segala cara karena asas yang memisahkan agama dari kehidupan sebagai rujukannya. Selain itu, kapitalisme menggambarkan bahwa hasil pendidikan itu harus berbentuk pencapaian keberhasilan materi sehingga belajar pun orientasinya materi bukan membentuk kepribadian yang lurus dan benar.
Ketika standar keberhasilan dan kebahagiaan diukur dari materi, banyak orang berlomba-lomba untuk meraihnya tanpa mempedulikan halal dan haram. Bahkan, tak jarang mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum syara dan dosa, seperti mencontek, merekam, dan sebagainya. Perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Sudah saatnya kita campakkan kapitalisme, sistem yang telah terbukti gagal membentuk kepribadian Islam dan merusak standar kehidupan manusia.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam pendidikan. Ketika keimanan dijadikan sebagai dasar, maka setiap perbuatan harus terikat dengan aturan Allah ï·». Dengan landasan ini, generasi dididik untuk bersikap jujur, tidak curang, dan selalu merasa diawasi oleh Allah ï·» dalam menjalani kehidupan. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk individu yang memiliki syakhsiyah Islamiyyah (kepribadian Islam), baik dalam pola pikir maupun pola sikapnya.
Standar kebahagiaan dalam Islam pun bukanlah materi, melainkan keridaan Allah ï·». Kita bisa menyaksikan bahwa ketika Islam diterapkan selama lebih dari 15 abad, ia mampu melahirkan para pemikir, ahli di berbagai bidang dan intelektual yang karya-karyanya bermanfaat serta menjadi warisan berharga bagi peradaban umat manusia.
Sudah saatnya kita kembali kepada Islam. Hanya dalam sistem Islam, setiap kemajuan teknologi akan dimanfaatkan sesuai tuntunan syariat dan semata-mata untuk menegakkan kalimat Allah ï·».
Wallahu a'lam bishshawwab.
0 Komentar