DUKA DI SUMUR TUA


Oleh: Muhar
Jurnalis

Sumur tua di Pasar Usang, Padang Pariaman, menjadi saksi bisu tragedi memilukan. Dua kerangka perempuan muda ditemukan di dalamnya, menyusul terungkapnya kasus mutilasi atas Septia Adinda (25), yang tubuhnya dibuang ke sungai. Tiga nyawa mahasiswi menjadi korban.

Sebagaimana diberitakan tempo.co, pelaku, Wanda (25), ditangkap polisi Kamis dini hari (19/6/2025). Ia mengaku telah membunuh Septia dan dua mahasiswi lain: Siska Oktavia Rusdi (23) dan Adek Gustiana (24), lalu membuang jasad mereka ke dalam sumur sekitar setahun lalu. Ketiganya adalah mahasiswi STIE KBP Kota Padang.

Selain mutilasi, pelaku juga mengaku telah membunuh dua perempuan lain,” ungkap Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir.

Duka mendalam menyelimuti keluarga. Tak hanya itu, seorang ibu korban pingsan saat menuju lokasi penemuan, dan wafat keesokan paginya karena syok. Tangis pecah, hati robek menambah luka keluarga.

Motif sementara adalah sakit hati karena utang Rp3,5 juta yang tak kunjung dibayar. Tapi apakah ini cukup menjadi alasan untuk membunuh bahkan memutilasi? Ditambah lagi telah menghilangkan dua nyawa lain sebelumnya.

Tragedi ini mencerminkan gelapnya sistem kehidupan sekuler yang diterapkan Indonesia hari ini.

Ketika hukum-hukum (peraturan) Islam dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara, anak bangsa pun kehilangan iman dan negara tak menjamin keselamatan jiwa. Dampaknya yang terjadi kemudian adalah kejahatan yang banyak dan terus menerus terjadi.

Mengambil ibrah (pelajaran) dari peristiwa yang menyayat hati nurani ini, maka tentu negeri ini membutuhkan cahaya Islam, karena Islam memuliakan jiwa. Dalam Islam satu nyawa dibunuh tanpa hak, seakan membunuh seluruh umat manusia (QS. Al-Ma’idah: 32).

Melalui institusi pelaksananya, yaitu Khilafah, nyawa akan dijaga lewat cahaya Islam melalui penerapan pendidikan berbasis akidah dan syariah, sistem sosial, dan sanksi qishash yang tegas.

Tiga mahasiswi telah tiada. Namun kita harus bertanya, “berapa lagi yang harus menjadi korban, sebelum kita kembali kepada Sistem Islam yang menjamin perlindungan hakiki?

Posting Komentar

0 Komentar