HIDUP DALAM JERATAN KAPITALIS, IMAN MAKIN TERKIKIS


Oleh: Putri Ali N
Aktivis Muslimah

Di tengah hiruk pikuknya kehidupan zaman modern hari ini salah satu hal yang paling banyak dicari oleh orang-orang hari ini tapi justru paling sulit ditemukan adalah ketenangan. Anehnya, ketika teknologi sudah semakin canggih dan akses informasi mudah sekali diakses, justru banyak orang yang merasa hidupnya semakin kosong. Banyak dari kita merasa kehidupan begitu sibuk, tetapi tidak tahu apa yang sedang dikejar. Kaya secara materi, tapi miskin secara batin.

Melansir dari tempo.com (29/5/2025) Seorang pegawai Bank Indonesia berinisial R (23) ditemukan bunuh diri dengan melompat dari ketinggian di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Senin (26/5/2025). Dugaan penyebab almarhum melakukan bunuh diri karena beban kerja dan tekanan dinamika pekerjaan. Sebelumnya pun pada 22 Mei 2025 seorang remaja ditemukan bunuh diri dari ketinggian salah satu gedung di kawasan Lotte Avenue, Jakarta.

Tercatat sekitar dua persen penduduk Indonesia berusia 19 tahun ke atas mengalami masalah mental seperti berkaitan dengan depresi, gangguan kecemasan, hingga lebih serius skizofrenia (gangguan mental kronis yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, berperasaan, dan berperilaku.).

Laporan kepolisian, Direktur Jenderal Kesehatan Jiwa Imran Pambudi menyebut sepanjang 2023 dilaporkan lebih dari 1.350 kasus bunuh diri. Angka ini diprediksi lebih besar dari yang dilaporkan, bak fenomena gunung es. (health.detik.com, 13/12/2024)

Adanya kasus bunuh diri dan tingginya isu kesehatan mental yang dialami oleh orang-orang hari ini terjadi akibat tidak adanya ketenangan dalam hidup, yang menjadi salah satu penyebab utamanya. Hal ini membuat hidup terasa mudah lelah dan rentan terhadap depresi, meskipun secara logika seharusnya hidup hari ini lebih mudah dijalani.

Sebab, berbagai urusan dan aktivitas kini banyak terbantu oleh kemajuan mesin dan teknologi. Kita memiliki mesin untuk mencuci, kendaraan untuk bepergian, serta aplikasi yang dapat mempermudah berbagai hal. Namun, mengapa kecemasan justru meningkat? Mengapa tidur nyenyak semakin sulit didapat dan kedamaian semakin sulit dirasakan?


Ketika Sistem Dunia Gagal, Kita Perlu Kembali ke Fitrah

Sistem kapitalisme yang kini diterapkan oleh negara-negara muslim telah gagal menciptakan rasa damai dan ketenangan bagi para penganutnya. Hal ini disebabkan oleh prinsip dasar kapitalisme itu sendiri, yaitu sekularisme, sebuah pandangan yang memisahkan urusan spiritual dari kehidupan sehari-hari. Sekularisme menganggap agama sebagai urusan pribadi, bukan sebagai fondasi hidup. Sebuah prinsip yang sesungguhnya jauh dari fitrah manusia.

Akibatnya, banyak orang kehilangan arah, bahkan kehilangan jati diri. Tanpa kehadiran Tuhan dalam hidup, tidak ada pegangan yang benar, segalanya terasa relatif. Tidak ada makna yang pasti, tidak ada tujuan yang utuh, dan inilah awal dari kegelisahan manusia modern.

Belum lagi sistem kapitalisme membuat banyak orang salah kaprah dalam mengidentifikasi standar kesuksesan hari ini. Bahwa kesuksesan saat ini ditandai dengan banyaknya nilai materi, seperti harus kaya, terkenal, produktif, dan terlihat sempurna di mata sosial media. Mereka yang belum mampu memenuhi standar tersebut justru merasa semakin tertekan. Kompetisi kerja yang ketat dan tingginya biaya hidup turut menambah beban mental.

Banyak orang sebenarnya menyadari bahwa standar kesuksesan yang berlaku hari ini terasa menyesakkan dan melelahkan. Namun, mereka sering kali bingung harus ke mana mencari makna hidup yang sejati, karena agama tidak lagi dijadikan pedoman utama dalam menjalani kehidupan. Ketika nilai-nilai spiritual ditinggalkan, dan ukuran kebahagiaan hanya diukur dari materi, jabatan, atau popularitas, maka manusia pun kehilangan arah.

Maka, dalam upaya mencari ketenangan, hari ini kita justru diarahkan untuk mencarinya dari luar diri. Pelarian dari rasa penat dan lelah kerap ditemukan dalam hal-hal seperti liburan, self-care, belanja, atau motivasi kesuksesan. Memang, semua itu tidak salah. Namun, ketenangan yang dihasilkan sifatnya hanya sementara.

Ketika kita kembali pada rutinitas sehari-hari, rasa lelah, jenuh, dan penat pun kembali menyergap. Seolah-olah kita sedang menambal kekosongan batin dengan hal-hal instan yang tak pernah benar-benar menyembuhkan. Dan saat efeknya menghilang, kegelisahan pun muncul kembali, mendorong kita mencari pelarian lain. Begitu terus, berulang tanpa ujung, sebuah siklus yang melelahkan, namun sulit dihentikan.


Islam adalah Sistem Yang Sesuai Fitrah

Sebagai seorang Muslim dan menyadari bahwa Islam tidaklah hanya sekadar agama yang mengatur ibadah, tetapi merupakan sistem hidup yang memberi kerangka ketenangan yang utuh. Islam tidak menghapus masalah yang kita hadapi hari ini, tetapi mengajarkan kita cara menyikapinya dengan bijak dan hati yang stabil, sehingga solusi yang dihasilkan lebih permanen.

Dan yang paling berharga adalah Islam memberikan tujuan hidup yang jelas. Kita hidup bukan hanya sekadar untuk bekerja mencari uang dan menghabiskannya, lalu mati. Tetapi untuk menyembah Allah sebagai bentuk pertanggungjawaban dari nikmat-NYA dan kembali pulang ke tempat yang kekal yaitu surga. Ini yang jelas akan memberi makna, arah, dan harapan pada manusia sehingga tidak lagi merasa gelisah dan mencari pelarian yang salah.

Dengan ketenangan, seorang muslim mampu menjalani kehidupannya dengan lebih damai, tenteram, serta dekat dengan Allah ﷻ. Ketenangan sejati bisa didapat saat ibadah dilakukan dengan benar dan penuh kesadaran. Salat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir mampu menenangkan hati. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat28, Allah ﷻ berfirman:

اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra’d: 28)

Disisi lain Islam mengajarkan kepada hambanya untuk ridha atas segala yang sudah ditetapkan dan ditentukan oleh sang Khaliq. Dalam hal ini untuk setiap perkara yang bisa manusia kuasai, Allah ﷻ meminta manusia untuk memaksimalkan setiap usaha atau ikhtiarnya. Sedangkan untuk area yang menguasai manusia, cukup serahkan kepada Allah sebaik-baiknya sang Maha Pengatur.

Lalu, Islam juga mengajarkan konsep bersabar dan bersyukur. Konsep ini sangat penting untuk bisa diterapkan pada situasi hari ini. Syukur menjadikan manusia lebih merasa cukup, dan sabar bisa menjadikan penolong ketika tertimpa ujian dan cobaan.

Disebutkan dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia mendapatkan kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya." (HR. Muslim no. 2999)

Dengan demikian, ketenangan dalam Islam bukan berasal dari pencapaian duniawi, tetapi dari kekuatan iman, kedekatan dengan Allah, dan keyakinan terhadap takdir-NYA.

Sesungguhnya Islam telah menyediakan panduan yang jelas dalam kehidupan. Secara sempurna mampu mengatur segala urusan umatnya dari urusan pribadi sampai urusan negara. Islam tidak akan membiarkan umatnya hidup tanpa tujuan dan mencari ketenangan dengan cara yang keliru.

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلْتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِينٗاۚ
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agamamu." (QS Al Maidah:3)

Wallāhu a‘lam bish-shawāb.

Posting Komentar

0 Komentar