ISLAMIC COLLABORATION "HIJRAH BUKAN RITUAL, TAPI REVOLUSI MENUJU ISLAM KAFFAH"


Oleh: Sulis Setiawati,S.Pd
Aktivis Muslimah

Dalam rangka memasuki bulan Muharram 1447 H, agenda bertajuk Islamic Collaboration sukses digelar di berbagai kota secara offline dan online dengan mengusung tema: “Merajut Ukhuwah, menuju peradaban Islam Kaffah”. Islamic Collaboration menjadi momentum reflektif bagi umat untuk memahami kembali makna hijrah secara ideologis, yakni perpindahan menyeluruh dari sistem jahiliyah menuju sistem Islam. Menghadirkan empat narasumber nasional dari kalangan ulama, akademisi, dan aktivis Islam untuk menyampaikan pemikiran tajam seputar kondisi umat, tantangan global, dan solusi peradaban Islam.


KH. Rohmat S Labib: Ukhuwah Islamiyah Butuh Kepemimpinan umat

Sebagai keynote speaker, KH. Rohmat S Labib menegaskan bahwa ukhuwah Islamiyah hanya akan terwujud bila dibangun di atas aqidah, bukan atas dasar nasionalisme atau kemanusiaan semata. Ia menyoroti lemahnya solidaritas dunia Islam terhadap Palestina, yang masih sebatas bantuan kemanusiaan. Kita butuh khilafah sebagai institusi legal yang bisa menyatukan dan menggerakkan pasukan untuk membela kaum Muslimin.


Prof. Dr. Suteki: hukum Internasional Penuh Kepentingan

Guru besar ilmu hukum, Prof. Dr. Suteki, mengkritik ketimpangan dalam penerapan hukum internasional. Menurutnya, hukum global hari ini sarat kepentingan negara adidaya dan tidak berpihak pada keadilan sejati. Selama hukum dibuat oleh manusia berdasarkan hawa nafsu, maka selama itu pula hukum hanya berpihak pada pemilik kekuasaan.


Ustadz Abdullah Hehamahua: Akar Korupsi Berasal dari Sistem Kapitalisme

Menyinggung persoalan domestik, ustadz Abdullah Hehamahua mengungkap fakta bahwa Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara terkorup di dunia. Ia menjelaskan bahwa korupsi muncul karena dua faktor utama yakni keserakahan dan peluang. Sistem kapitalis membuka celah besar untuk korupsi. Selama sistem ini dipertahankan, pergantian pemimpin pun tak akan membawa perubahan.


Ustadz Ismail Yusanto: Perubahan Hakiki Butuh Sistem dan Kepemimpinan Islam

Sebagai pemateri akhir, beliau menyoroti alasan utama stagnasi umat, yaitu hilangnya arah perubahan, keterjebakan dalam demokrasi sekuler, ketakutan terhadap Islam kaffah, dan absennya kepemimpinan umat (Khalifah). Beliau menegaskan bahwa hijrah hakiki bukan sekedar perubahan individu, tetapi perpindahan sistemik dari aturan jahiliyah menuju aturan Islam. Karena Islam bukan hanya agama ritual, ia adalah ideologi yang mencakup politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Sudah saatnya umat bergerak menuju sistem Islam yang menyeluruh. Ustadz Ismail juga memaparkan langkah konkrit perubahan dari dua sisi:
  • Individu: meningkatkan tsaqofah Islam, membangun kepribadian Islam, dan menyebarkan pemikiran Islam.
  • Komunitas: membangun kelompok dakwah ideologis, advokasi pemikiran Islam, dan memperkuat solidaritas lintas cendekiawan.


Saatnya Umat Berhijrah Menuju Peradaban Islam

Islamic Collaboration ini menjadi pengingat bahwa hijrah bukan hanya ritual tahunan, tetapi revolusi menuju Islam kaffah. Perubahan sejati hanya bisa terwujud jika umat memiliki kesadaran ideologis, ukhuwah berbasis aqidah, dan kepemimpinan politik yang satu.

وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً
Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapat di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak,” (QS. An Nisa: 100).

Dengan berakhirnya acara ini, harapannya umat Islam semakin memahami arah perjuangan dan tergerak melakukan hijrah hakiki, menuju tegaknya peradaban Islam yang adil, sejahtera, dan membawa rahmat bagi seluruh alam.

Posting Komentar

0 Komentar