PALESTINA DAN FAJAR KEBANGKITAN UMAT


Oleh: Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim

Gaza kembali memerah. Bukan oleh cahaya fajar, tapi oleh darah anak-anak yang dibantai tanpa belas kasih. Dunia menonton, tapi tetap bisu. Mereka yang dulu lantang membela hak asasi manusia, kini mendadak tuli dan buta ketika kezaliman dilakukan oleh Zionis penjajah. Rumah sakit dihancurkan, kamp pengungsi dibumihanguskan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Palestina per Selasa, 1 Juli 2025, tercatat sebanyak 56.647 orang meninggal dunia, sementara jumlah total korban akibat agresi Zionis sejak Oktober 2023 telah mencapai 134.105 orang. Belum lagi korban yang tidak terjangkau oleh tim penyelamat.


Pengkhianatan Negeri-Negeri Muslim

Kondisi Gaza kian memburuk di tengah sikap pengkhianatan para pemimpin Muslim. Perang Iran, semakin menunjukkan bahwa tidak satu pun penguasa muslim yang benar-benar serius menolong Gaza, mereka hanya mempertahankan wilayahnya masing-masing.

Sementara itu, dorongan sebagian penguasa muslim termasuk Indonesia untuk menekan Zionis menerima solusi dua negara adalah solusi yang membodohi umat dan sangat absurd. Solusi ini adalah tipu daya politik yang hanya menguntungkan Zionis dan memperpanjang penderitaan Palestina. Sejak awal, Amerika dan sekutunya tidak pernah benar-benar menginginkan kemerdekaan Palestina. Begitu juga, Palestina yang tulus dan ikhlas tidak akan pernah rela menyerahkan sejengkal tanah yang Allah ï·» titipkan untuk dijaga, bukan dibagi dengan penjajah.

Saat ini, berbagai fakta yang tersembunyi di balik rencana gencatan senjata di Gaza mulai terungkap satu per satu. Alih-alih membawa keadilan, rencana ini justru semakin menegaskan konspirasi global terhadap Palestina dan Islam. Proposal yang melibatkan Trump dan Netanyahu memuat sejumlah poin mengejutkan: empat negara direncanakan mengambil alih pemerintahan Gaza menggantikan Hamas, penduduk Gaza akan diarahkan untuk bermigrasi, serta upaya normalisasi dengan Israel diperluas melalui Abraham Accords yang kini menyasar Suriah dan Arab Saudi.

Bahkan, solusi dua negara yang diusulkan bukanlah untuk memberi kemerdekaan sejati bagi Palestina, tetapi untuk menyiapkan panggung bagi Israel mengukuhkan kedaulatannya atas Tepi Barat. Amerika bahkan sudah menyatakan dukungannya atas langkah ini. (Republika.com, 27-06-2025)

Gencatan senjata semacam ini bukanlah akhir dari perang, tapi permulaan dari penjajahan gaya baru, lebih senyap tapi lebih menusuk. Hamas akan dieliminasi, Gaza akan berada di bawah kendali rezim boneka, dan rakyat Palestina akan digusur secara perlahan. Ini bukanlah upaya perdamaian, melainkan pembantaian yang dilegalkan melalui jalur diplomasi.

Dalam kondisi seperti ini, umat Islam seharusnya kembali menengok kepada sejarah. Perjanjian Umariyah yang dibuat saat pembebasan Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi bukti bahwa hanya Islam yang mampu menjamin keadilan dan kedamaian di Tanah Suci. Para syuhada sudah mempertahankan tanah Palestina dengan nyawa mereka. Tak ada penjajahan, tak ada pembantaian, semua rakyat, muslim dan nonmuslim hidup dalam perlindungan negara Islam.

Umat Islam tak boleh terjebak pada harapan palsu. Umat tidak butuh kepada diplomasi kosong atau konferensi damai yang hanya jadi panggung sandiwara. Saatnya kita fokus pada solusi Islam.


Jihad dan Khilafah Solusi Palestina

Mari, kita jadikan tragedi Palestina ini untuk momen membangkitkan kembali kesadaran politik umat Islam secara global. Umat harus memahami bahwa tidak ada solusi yang hakiki untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina kecuali jihad dan khilafah. Karena, hanya khilafah yang akan mengirimkan tentara, mengusir Zionis Israel dari tanah Palestina.

Perjuangan ini tak bisa diselesaikan hanya dengan simbol-simbol atau sekadar bantuan kemanusiaan. Tetapi, harus ikut terlibat aktif bersama gerakan ideologis yang menyerukan dan memperjuangkan tegaknya kembali khilafah. Karena khilafah bukan sekedar simbol, tapi institusi politik Islam yang akan memimpin jihad, membebaskan Palestina, dan menjaga kehormatan umat. Dari Gaza (Palestina), fajar kemenangan dan tegaknya kembali izzul Islam bisa dimulai, jika umat bersatu di bawah panji Islam Ar-Rayah dan Al-Liwa.

Wallahu a'lam bishshawwab

Posting Komentar

0 Komentar