
Oleh: Lisa Ummu Hafshah
Pemerhati Sosial & Aktivis Muslimah
Viral baru-baru ini, masyarakat dikejutkan dengan peluncuran 25 robot polisi oleh Polri di Hari Bhayangkara ke-79. Di antaranya robot humanoid, robodog K9, hingga robot tank dan drone. Menurut berita yang beredar, proyek ini dikembangkan oleh perusahaan dalam negeri seperti PT Sari Teknologi dan PT EZRA Robotics. Meskipun pihak kepolisian mengungkapkan bahwa proyek ini masih tahap uji coba dan tidak menggunakan anggaran negara, tetap saja memunculkan tanda tanya besar: seberapa penting dan bermanfaat proyek ini bagi rakyat?
Di saat masih banyaknya kantor polisi di pelosok yang minim fasilitas, bahkan masyarakat masih kesulitan mengakses keadilan dan keamanan dasar, kehadiran robot polisi yang katanya bernilai miliaran rupiah ini tampak begitu kontras. Banyak netizen menyebut ini sebagai “pencitraan berteknologi tinggi tapi minim perhatian terhadap kepentingan sosial”.
Saat rakyat masih dihantui maraknya aksi kriminalitas, mahalnya biaya hukum, kekerasan aparat yang belum sepenuhnya tertangani, serta krisis sosial yang makin kompleks, akankah robot menjadi jawaban atas semua ini? Benarkah pengadaan robot pintar lebih penting dibandingkan memprioritaskan pembenahan kinerja kepolisian?
Aksi pamer kecanggihan robot bukanlah kebutuhan masyarakat. Pemerintah seharusnya berempati terhadap kondisi rakyat yang saat ini kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, angka kemiskinan tak kunjung turun justru semakin membumbung tinggi. Pembelian robot yang berharga miliaran rupiah merupakan bentuk pemborosan, hal ini bertentangan dengan misi presiden yang sedang getol-getolnya melakukan efisiensi anggaran diberbagai lini.
Sistem kapitalisme sekuler hari ini memang memuja simbol kemajuan, bukan hakikat kemaslahatan. Kemajuan suatu negara hanya diukur dari sisi kemajuan teknologinya saja, padahal sejatinya kemajuan suatu bangsa itu diukur dari taraf berfikirnya. Maka wajar kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan cenderung pragmatis dan mengedepankan kepentingan elit.
Islam Tidak Anti Teknologi, Tapi Ada Aturannya
Islam bukan agama yang anti teknologi. Dalam sejarah Khilafah, umat Islam justru pernah menjadi pelopor inovasi. Namun, Islam memberikan standar yang jelas dalam menilai dan mengadopsi teknologi, apakah teknologi tersebut membawa maslahat bagi umat ataukah tidak. Dan apakah tidak bertentangan dengan syariat Islam?
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya...” (QS. Al-Isra: 36)
Setiap kebijakan (termasuk adopsi teknologi) harus dilandasi ilmu, manfaat nyata, dan niat melayani umat. Bukan sekadar ambisi modernitas atau pelengkap seremoni. Dalam Islam peran teknologi justru difokuskan untuk kepentingan dakwah dan jihad. Sehingga umat Islam akan terpacu untuk selalu mengembangkan teknologi dalam rangka mensukseskan dakwah dan jihad. Berbeda dengan kondisi saat ini yang justru menjadikan umat Islam pengekor bukan pelopor. Umat Islam dijadikan target pasar bagi negara-negara kapitalis.
Perspektif Islam dalam Mengelola Anggaran Publik
Dalam Islam, penguasa adalah raa'in (pengurus urusan umat) dan junnah (pelindung). Negara wajib mengalokasikan anggaran untuk kepentingan riil umat, bukan proyek eksperimental yang belum terbukti manfaat nyatanya. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اْلْ ِمَامُ ر
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
Jika robot ini sekadar dipakai untuk event atau konten medsos, sementara keamanan di level masyarakat justru semakin terpinggirkan, maka jelas ini bentuk pemborosan (tabdzir). Islam melarang tabdzir, meski itu untuk sesuatu yang "halal" secara teknis.
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan...” (QS. Al-Isra: 27)
Pembelian robot pintar oleh Polri bukanlah suatu hal yang urgent. Yang dibutuhkan umat bukan teknologi yang diawasi oleh rezim sekuler, melainkan tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang akan menghadirkan keadilan, kemananan, dan rahmat sejati bagi manusia.
Wallahu'alam bishshawab.
0 Komentar