
Oleh: Abu Faqih
Sahabat Gudang Opini
Langkah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Diponegoro (Undip) yang mundur dari Musyawarah Nasional (Munas) BEM Seluruh Indonesia (SI) dinilai sebagai sinyal kuat krisis arah dan idealisme gerakan mahasiswa saat ini. Penilaian tersebut disampaikan Direktur The Economics Future Institute (TEFI), Dr. Yuana Tri Utomo.
“Jadi, keluarnya BEM UGM dan BEM Undip dari Munas BEM SI itu sinyal kuat atas krisis arah dan idealisme gerakan mahasiswa saat ini,” ujarnya dalam program Kabar Petang bertajuk "BEM UGM & Undip Cabut! Aliansi BEM SI Dikooptasi Penguasa?" yang disiarkan di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (31/7/2025).
Yuana menegaskan, keputusan mundur tersebut bukan sekadar langkah organisatoris, melainkan pernyataan ideologis atas terkikisnya ruh perjuangan mahasiswa.
“Ketika forum-forum strategis seperti Munas lebih sibuk membangun kedekatan dengan elite kekuasaan daripada menyuarakan keresahan rakyat,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti posisi BEM UGM yang tengah disorot publik terkait isu ijazah palsu di kampusnya. Menurutnya, hal itu semakin memperjelas sikap BEM UGM terhadap forum Munas BEM SI yang dianggap menjauh dari akar perjuangan rakyat.
“Agenda perjuangannya diganti dengan agenda relasi politik. Ini sangat mencederai nilai dasar gerakan mahasiswa yang seharusnya berdiri di luar, bukan di atas kekuasaan,” tegasnya.
Yuana menambahkan, mahasiswa seharusnya menjadi oposisi moral terhadap ketidakadilan sekaligus menjunjung tinggi idealisme intelektual muda.
“Harusnya memang berperan sebagai oposisi moral karena kegelisahan intelektual mereka. Masa-masa muda adalah masa-masa kritis dalam berpikir,” ungkapnya.
Ia pun mempertanyakan keberlanjutan semangat perjuangan di kalangan mahasiswa saat ini.
“Apakah masih ada integritas dan semangat perjuangan itu? Seharusnya merekalah yang menyulut obor gerakan mahasiswa sebagai garda terdepan pembela umat, negeri ini, dan kebenaran,” ujarnya.
Yuana mengingatkan, ketika mahasiswa mulai mendekat pada kekuasaan, maka tidak ada lagi yang menggenggam bara perjuangan rakyat dari ketertindasan.
“Nah, jika mahasiswa mulai mencium tangan kekuasaan, mendekat pada kekuasaan, lalu siapa lagi yang akan menggenggam bara perjuangan rakyat ini?” tanyanya retoris.
0 Komentar