ONE UMMAH, BUKAN ONE PIECE: PILIHLAH SIMBOL YANG SESUAI DENGAN AJARAN ISLAM


Oleh: Abu Ghazi
Pengamat Kebijakan Publik

Di tengah gelombang budaya populer yang merajai dunia hiburan, anime One Piece telah menjadi fenomena global. Selama lebih dari dua dekade, kisah karya Eiichiro Oda ini memikat jutaan penggemar lewat petualangan Monkey D. Luffy bersama rekan-rekannya untuk menemukan harta karun legendaris yang dikenal dengan nama One Piece. Bagi banyak orang, kisah ini bukan sekadar hiburan, ia menanamkan pesan persahabatan, kebebasan, dan tekad untuk mewujudkan impian.

Akan tetapi, di balik cerita yang seru dan sarat pesan positif itu, terselip simbol yang layak untuk kita cermati: bendera bajak laut Jolly Roger. Dalam cerita, bendera ini bukan hanya penanda kelompok, melainkan simbol kebanggaan, loyalitas, bahkan kehormatan yang dianggap lebih berharga daripada nyawa. Luffy sendiri digambarkan siap mati demi membelanya. Pertanyaannya, sebagai Muslim, pantaskah kita mengagungkan simbol seperti itu?


Simbol Jolly Roger dan Tantangannya dalam Perspektif Islam

Jolly Roger berakar dari tradisi bajak laut Eropa yang umumnya tidak mencerminkan nilai-nilai keagamaan, bahkan seringkali identik dengan gaya hidup yang bertentangan dengan prinsip tauhid. Dalam pandangan Islam, meniru simbol-simbol yang bertolak belakang dengan akidah disebut tasyabbuh, yaitu bentuk penyerupaan yang dilarang. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.” (HR Abu Dawud, no. 4031)

Ciri utama Jolly Roger adalah gambar tengkorak dan tulang yang bersilang, simbol yang kerap dikaitkan dengan kematian, kekerasan, serta sikap memberontak terhadap hukum. Islam tidak membenarkan promosi atau pengagungan terhadap kekerasan yang keluar dari koridor syariah. Allah ﷻ berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS al-Maidah [5]: 33)

Bagi sebagian orang, simbol seperti ini mungkin hanya terlihat keren atau estetik. Namun, simbol tidak pernah netral. Ia membawa muatan ideologis dan pesan budaya. Mengadopsinya tanpa kritik berarti membuka ruang bagi nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam untuk memengaruhi cara pandang dan perilaku kita.


Memilih Simbol yang Sejalan dengan Ajaran Islam

Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati simbol-simbol yang menjadi syiar agama. Panji tauhid, Al-Qur’an, dan peninggalan Rasulullah ﷺ adalah simbol kehormatan yang wajib dijaga dan dibela. Allah ﷻ menegaskan:

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
Demikianlah. Siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu berasal dari ketakwaan hati.” (QS al-Hajj [22]: 32)

Itulah sebabnya, Muslim seharusnya tidak terjebak membela simbol dari budaya yang bertentangan dengan aqidah. Loyalitas kita tidak boleh bergeser dari Allah, Rasul-Nya, dan kaum Muslimin kepada tokoh atau simbol fiktif yang tidak memiliki nilai syar’i.


Lebih dari Sekadar Simbol

Masalah simbol hanyalah salah satu bagian dari tantangan yang kita hadapi. Umat Islam kini hidup di bawah cengkeraman penjajahan modern bernama Kapitalisme. Ideologi ini merasuk ke dalam politik, ekonomi, pendidikan, hingga cara berpikir, mempromosikan keuntungan pribadi di atas kepentingan umat, serta mengabaikan hukum Allah.

Kapitalisme telah menciptakan ketimpangan global, merusak lingkungan, memiskinkan rakyat, dan menjauhkan umat Islam dari identitasnya. Selama ideologi ini menjadi penguasa dunia, simbol-simbol Islam akan terus dipinggirkan dan digantikan oleh simbol-simbol sekuler atau hedonis.


Bendera” Sejati yang Harus Dibela

Untuk keluar dari penjajahan ideologis ini, umat Islam membutuhkan persatuan hakiki di bawah satu kepemimpinan yang menerapkan hukum Allah secara total (kaffah) dalam naungan Khilafah Islamiyah. Di bawah naungan Khilafah, syiar-syiar Islam akan menjadi simbol publik, sementara simbol-simbol batil akan ditinggalkan.

Inilah “bendera” yang sejatinya layak dibela. Rasulullah ﷺ bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
Tiga hal yang jika ada pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya...” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Bukan One Piece, melainkan One Ummah (satu umat, satu kepemimpinan, dan satu panji tauhid) yang layak diperjuangkan. Panji tauhid bukan sekadar simbol, tetapi lambang persatuan dan misi agung umat Islam. Sudah saatnya kaum Muslim mengangkat bendera Rasulullah ﷺ, bukan memuja simbol fiksi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.


Saatnya Memilih Simbol Perjuangan yang Benar

Simbol bukan sekadar hiasan atau gambar. Ia mengandung pesan, membentuk identitas, dan menentukan arah perjuangan. Jika kita salah memilih simbol, kita berisiko salah menempatkan loyalitas.

Kaum Muslimin perlu menghentikan sikap memuliakan simbol-simbol yang bertentangan dengan akidah mereka. Saatnya kita menegakkan identitas Islam yang murni, membela syiar-syiar Allah, dan berjuang untuk terwujudnya One Ummah, persatuan umat di bawah Khilafah yang akan menghancurkan dominasi Kapitalisme global.

Posting Komentar

0 Komentar