
Oleh: Susan Efrina
Aktivis Muslimah
Rob adalah singkatan dari Quantity Remaining On Board yang berarti kuantitas yang melebihi kapasitas, dalam hal ini air laut. Banjir rob merupakan genangan air yang terjadi di daratan ketika air laut pasang, yang menyebabkan air pasang meluap hingga ke wilayah pesisir, permukiman, dan bahkan ke dalam sungai karena salurannya terhalang.
Banjir rob yang terjadi saat ini sudah dapat diprediksi oleh BMKG. Untuk itu, masyarakat harus bersiap-siap menyambut datangnya banjir rob. Banjir rob bagaikan tamu yang harus dijamu dengan sebaik-baiknya karena sudah dapat diprediksi kapan datang dan perginya. Kini, BMKG memperkirakan banjir pesisir (rob) berpotensi melanda kawasan Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan Marelan pada 22–28 Agustus 2025.
Peningkatan pasang laut diprediksi mencapai 2,3–2,5 meter, terutama pada pukul 02.00–04.00 WIB dan 13.00–15.00 WIB. Fenomena ini berpotensi mengganggu transportasi, aktivitas bongkar muat di pelabuhan, serta kehidupan masyarakat pesisir. BMKG mengimbau warga tetap siaga terhadap dampaknya dan rutin memantau informasi cuaca maritim.
Sementara itu, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga diprediksi mengalami hujan lebat akibat fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang meningkatkan potensi uap air di Indonesia (Merah Putih, 19/8/2025).
Banjir rob di Belawan bukanlah peristiwa baru. Setiap tahun warga pesisir menghadapi ancaman serupa, tetapi langkah mitigasi jangka panjang masih minim. Infrastruktur tanggul maupun sistem drainase yang kuat belum terlihat menjadi prioritas pemerintah daerah. Hal ini menurunkan produktivitas pelabuhan, menghambat distribusi logistik, serta menambah beban ekonomi warga.
Rumah, usaha kecil, dan fasilitas publik rawan rusak akibat genangan berulang. Sungguh menderita nasib rakyat yang hidup di tengah genangan rob, bukan hanya kerugian harta benda, tetapi juga berbagai penyakit mereka rasakan. Imbauan waspada dari BMKG memang penting, tetapi tidak cukup hanya sekadar peringatan. Selama pemerintah hanya memberikan peringatan tanpa perbaikan infrastruktur dan tata ruang, maka masalah ini akan terus berulang setiap tahun.
Selama sistem kapitalis masih bercokol di negeri ini, masalah demi masalah tidak akan pernah terselesaikan. Sistem ini berorientasi pada keuntungan jangka pendek yang mendominasi. Kebijakan demi kebijakan dibuat atas dasar manfaat belaka. Penanganan bencana lebih cenderung reaktif dan simbolik.
Dalam sistem kapitalisme, kepentingan oligarki dan korporasi sering menjadi prioritas utama pemerintah daripada memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan infrastruktur terus digalakkan atas nama kesejahteraan masyarakat. Namun, pemerintah tidak melihat akibat dari pembangunan tersebut. Demi mengutamakan kepentingan ekonomi dan investasi, sanggup mengabaikan dampak lingkungan dan sosial.
Hingga akhirnya, perekonomian warga lumpuh dan kerusakan infrastruktur turut memperparah akibat banjir rob. Banjir rob memang disebabkan oleh kombinasi antara naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim dan penurunan muka tanah. Namun, ada pula faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas manusia dalam pembangunan infrastruktur yang melebihi daya dukung fondasi tanah serta pengambilan air tanah secara berlebihan. Jika penurunan tanah lunak terjadi di bibir pantai, maka rob akan terus berkelanjutan.
Seharusnya kawasan pesisir terjaga dengan baik, mulai dari aspek lingkungan hingga konservasi, agar kawasan pesisir tidak menjadi lahan kritis. Seharusnya kawasan pesisir dapat dimajukan dengan budi daya dan pengelolaan perikanan yang berpotensi mengurangi terjadinya rob.
Namun, realitas yang ada adalah pengelolaan berada dalam sistem kapitalisme, yang mana oligarki atau korporasi mengatur semuanya. Akibatnya, pembangunan infrastruktur dan industrialisasi berada di garda terdepan. Asas kemanfaatan ekonomi digaungkan, hingga tidak heran krisis demi krisis terjadi di negeri ini dan menyebabkan kerusakan di berbagai aspek.
Kerakusan para investor terhadap sumber daya alam bangsa ini dijamin oleh negara. Negara memberikan ruang sebesar-besarnya bagi investor untuk memilikinya. Inilah watak dari sistem kapitalisme yang mementingkan para investor dan selalu mengabaikan nasib rakyatnya.
Seharusnya negara berperan dalam tata kelola yang baik untuk mitigasi bencana. Pemerintah memiliki kekuasaan serta tanggung jawab untuk melindungi rakyatnya dalam kehidupan berkelanjutan. Namun, ketika pemerintah diatur oleh para investor, mitigasi bencana yang telah disiapkan tidak akan sepenuhnya tercapai, dan rakyatlah yang selalu menjadi korban ketika bencana datang.
Dalam Islam, negara wajib hadir dengan solusi komprehensif, bukan hanya sekadar peringatan. Islam sangat memperhatikan seluruh aspek kehidupan. Memang, banjir rob merupakan bagian dari musibah alam yang harus diterima. Meskipun banjir itu bagian dari musibah yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis, tanggung jawab manusia adalah melakukan upaya mitigasi dan pencegahan agar tidak terjadi berulang.
Mitigasi dilakukan dengan pembangunan infrastruktur yang tahan bencana, ramah lingkungan, membangun tanggul serta saluran drainase yang baik, tata kota berkelanjutan, serta pengelolaan lingkungan seperti reboisasi dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dalam Islam, khalifah menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati. Menjalankan amanah demi kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab seorang pemimpin yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Allah ï·» berfirman dalam Surah Ar-Rum ayat 41: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Dalam Islam, kebijakan negara mencakup sebelum, ketika, dan pasca terjadinya banjir. Dengan membangun bendungan-bendungan, kanal-kanal yang mampu menampung curahan air dari aliran sungai maupun curah hujan tinggi, tanggul, relokasi tata kota berbasis amdal, serta pemeliharaan lingkungan yang sehat.
Khilafah akan memetakan daerah-daerah rendah yang rawan banjir agar tidak dijadikan permukiman warga. Jika banjir terjadi, khilafah akan mengevakuasi para korban dan memindahkan mereka ke tempat yang aman serta nyaman dari banjir. Selain itu, memberikan edukasi kepada warga agar sigap, tanggap, dan bersabar bila bencana datang. Negara akan memberikan perhatian khusus demi keberlangsungan hidup rakyatnya.
Wallahu a‘lam bish-shawab.
0 Komentar