KEBIJAKAN BBM ETANOL BERPOTENSI TIMBULKAN RISIKO BAGI KENDARAAN LAMA


Oleh: Darul Iaz
Jurnalis Lepas

Jakarta — Kebijakan pencampuran etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) atau E10 dinilai berpotensi menjadi pedang bermata dua bagi dunia otomotif nasional. Meski bertujuan menekan emisi dan meningkatkan ketahanan energi, penerapannya dikhawatirkan menimbulkan risiko teknis pada kendaraan berusia tua.

Etanol memang memiliki sejumlah kelebihan, seperti meningkatkan angka oktan dan mengurangi polusi udara. Namun, menurut sejumlah pakar, manfaat itu hanya bisa optimal jika infrastruktur distribusi, standar teknis kendaraan, dan edukasi kepada masyarakat sudah siap.

Di negara maju, penggunaan etanol didukung dengan regulasi dan material kendaraan yang tahan terhadap etanol. Di Indonesia, sebagian besar kendaraan masih keluaran lama yang belum dirancang untuk bahan bakar tersebut,” tulis Kompas Otomotif dalam laporannya, Kamis (9/10) [2][7].

Sejumlah laporan menunjukkan, penggunaan E10 pada kendaraan lama berisiko menyebabkan korosi tangki, kebocoran seal, dan penyumbatan filter bahan bakar akibat sifat etanol yang higroskopis atau mudah menyerap air. Radar Bojonegoro menyebut efek tersebut dapat memperpendek usia pakai mesin dan menimbulkan biaya perawatan tambahan bagi masyarakat [3].

Menurut Bloomberg Technoz, kadar energi dalam etanol juga lebih rendah dibanding bensin murni. Akibatnya, kendaraan yang menggunakan BBM campuran etanol berpotensi mengalami peningkatan konsumsi bahan bakar [4].

Sementara itu, CNN Indonesia melaporkan bahwa etanol dapat menjadi solusi transisi energi ramah lingkungan jika diiringi audit teknis kendaraan dan standardisasi nasional [1]. Tanpa langkah tersebut, risiko kerusakan massal pada mesin kendaraan dikhawatirkan tidak dapat dihindari.

Kritik terhadap kebijakan ini juga disampaikan oleh sejumlah akademisi. Blog Amikom menilai pemerintah perlu menjalankan program sosialisasi, subsidi perbaikan, dan retrofit material kendaraan agar masyarakat tidak menjadi korban uji coba kebijakan energi baru [6].

Adapun Tirto.id mencatat, di negara-negara yang lebih dulu menerapkan etanol, transisi dilakukan bertahap dengan regulasi ketat serta edukasi publik yang masif [5].

Hingga kini, pemerintah belum mengumumkan jadwal pasti penerapan E10 secara nasional. Namun, sejumlah kalangan meminta agar kebijakan tersebut dikaji ulang dan dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kondisi kendaraan di lapangan.


Daftar Sumber Referensi

Posting Komentar

0 Komentar