
Oleh: Mutia Syarif
Penulis Lepas
Belakangan ini, perkembangan dunia media sosial begitu pesat. Hampir seluruh warga Indonesia memiliki akun media sosial. Sebagian merasa bebas berekspresi di dunia maya. Terkadang, seseorang bisa sangat aktif di dunia maya, tetapi sangat minim interaksi sosialnya. Perasaan terhubung di dunia maya tidak berarti menghilangkan perasaan sepi. Fenomena menarik ini kemudian dijadikan riset oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY. Mereka menyebut fenomena ini sebagai loneliness in the crowd.
Masyarakat di zaman modern, sebagian besarnya merupakan pengguna aktif media sosial. Namun, ternyata eksistensi mereka di media sosial tak cukup mengusir rasa kesepian yang melanda. Gen Z disebut sebagai generasi yang paling merasa kesepian, sekalipun sebagian besar dari mereka merupakan pengguna aktif media sosial. Ini sangat menarik, fenomena kesepian di tengah hiruk pikuk dunia maya. Hal ini kemudian merambah kepada isu kesehatan mental dan rasa tidak aman (insecure) pada Gen Z.
Hal ini bukan persoalan kurangnya literasi digital maupun permasalahan manajemen penggunaan gawai. Arus informasi yang begitu kuat di era kapitalis seperti sekarang tak ayal menimbulkan dampak buruk. Industri kapitalis di era digital ini pun membuat masyarakat semakin bersikap asosial. Masyarakat sulit bergaul di dunia nyata. Bahkan hubungan antaranggotanya dalam keluarga terasa semakin jauh. Hal ini disebabkan masing-masing individu begitu khusyuk pada dunia maya, sehingga kehidupan sosial masyarakat semakin sempit.
Sikap asosial dan perasaan kesepian ini, jika dibiarkan, akan menimbulkan dampak buruk, terlebih bagi generasi muda. Mereka yang merupakan ujung tombak perjuangan akan menjadi lemah dan tak berdaya. Padahal potensi dan energi yang mereka miliki sangat besar: potensi untuk produktif menghasilkan karya-karya besar. Namun, sikap asosial dan kesepian akan menjadikan mereka tidak peduli terhadap kerusakan yang ada di sekitar mereka, karena mereka pun seolah kewalahan dan tenggelam dalam kesepiannya.
Masyarakat seharusnya waspada. Fenomena asosial dan kesepian ini jika dibiarkan akan merugikan umat. Pengaruh media sosial jika tidak dikelola secara bijak akan memperluas sikap asosial dan kesepian. Masyarakat akan semakin kurang peduli, terlebih terhadap kerusakan akibat sistem kapitalisme.
Sudah saatnya masyarakat kembali pada identitas sesungguhnya, yakni sebagai seorang Muslim yang tangguh lagi kokoh akidahnya. Sebab, media sosial bagaikan pedang bermata dua: jika dimanfaatkan sesuai kaidah syarak, maka akan menjadi senjata kuat dalam kemajuan kaum Muslim. Tentu saja kontrol dari pemerintah sangat berperan penting. Peran negara dalam mengontrol arus media sosial akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas generasi penerusnya.
Wallahu a‘lam.
0 Komentar