
Oleh: Ermawati
Aktivis Muslimah
Banjir bandang membawa duka, namun juga membuka kedok bertopeng para tikus berdasi yang sukanya menipu rakyat. Keuchik (Kepala Desa) Bungkah, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Muhammad Hasballah, memperlihatkan rel kereta api yang miring nyaris menyentuh tanah. Selain itu, terlihat rumah yang hancur disapu banjir. Sebagian lagi porak-poranda. (Kompas, 19/12/25)
Lingkungan dan alam sekitarnya adalah ciptaan Allah ﷻ yang wajib kita jaga karena semua yang Allah ciptakan berarti kebaikan untuk semua makhluk hidup di dunia. Contohnya, hutan adalah tempat tinggal semua makhluk dan ekosistem dari hutan banyak sumber manfaat yang bisa kita ambil, salah satunya menjaga keberlangsungan hidup hewan-hewan, semua tumbuhan, serta manusia.
Namun, apa jadinya jika hutan yang lebat dan indah ditebang semua pohonnya, tempat tinggal semua hewan, dan ini akan merusak keseimbangan alam, termasuk keselamatan orang-orang yang tinggal di bawah lereng gunung. Akibatnya, terjadi bencana besar banjir bandang yang tak bisa dielakkan lagi karena penggundulan dan penebangan pohon yang dilakukan secara masif.
Baru saja pulih dari tsunami Aceh, dan kini harus merasakan kembali bencana alam yang lebih dahsyat, banjir bandang yang tidak hanya membawa air yang mengalir deras, tetapi juga ribuan gelondongan kayu ikut terbawa serta lumpur dari atas lereng gunung. Sakit dan perih karena luka ini dibuat sengaja oleh tikus-tikus berdasi yang merusak lingkungan demi uang. Mereka rela melakukan apa pun walaupun nyawa rakyat jadi taruhannya.
Mereka tidak merasa menyesal karena telah membuat rakyat sengsara atau pun sedih, padahal musibah yang menimpa rakyat karena ulah mereka yang seenaknya mempergunakan kebijakan. Banyaknya rumah rakyat yang hilang dan terendam lumpur serta rusaknya infrastruktur, tidak adanya lampu serta air bersih, bahkan banyak korban yang belum terevakuasi.
Lambannya negara dalam memberikan bantuan, baik makanan, pakaian bersih, maupun perlengkapan lain yang dibutuhkan korban, membuat kondisi rakyat semakin menderita dan sengsara, suasana pun semakin mencekam. Karena lambannya penanganan bantuan dari negara, banyak korban yang berjatuhan karena kelaparan, hutan digunduli, kekayaan alam dieksploitasi, sementara kemiskinan dan kesengsaraan dibiarkan.
Semakin terlihat jelas rusak dan bobroknya sistem saat ini. Sistem kapitalisme-sekulerisme adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Jadi wajar saja jika mereka pandai dalam mempermainkan kebijakan serta membohongi rakyat, demi tujuan dan kepentingan mereka. Tak peduli dengan nasib rakyat, selama itu dapat menghasilkan uang, mereka semua tidak takut, tikus-tikus berdasi yang sedang bermain di atas panggung menjadikan rakyat tumbal atas keserakahannya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya" (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dalam kehidupan yang diatur oleh sistem Islam, negara dilarang keras untuk memperjualbelikan hutan atau pun memilikinya secara individu maupun golongan, karena hutan adalah milik umum. Artinya, hutan beserta isinya milik umat, jadi apabila ada keuntungan yang diperoleh, harus diberikan kepada rakyat, dan hutan harus dijaga. Tidak boleh ditebang karena untuk menjaga keseimbangan alam. Negara akan menghukum dengan tegas orang yang melakukan penebangan hutan agar tidak ada yang mengikuti dan menjadi contoh bagi yang lain.
Oleh karena itu, rakyat membutuhkan hukum yang dapat menyelesaikan semua permasalahan yang ada pada hari ini, yaitu sistem kepemimpinan Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melanjutkan serta menegakkan kembali kehidupan Islam yang telah lama hilang, membawa dakwah Islam hingga ke penjuru dunia demi terwujudnya kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera di bawah naungan khilafah Islamiyyah.
Wallahu'alam bish-shawab

0 Komentar