
Oleh: Santi Susanti
Penulis Lepas
Arus deras informasi digital telah menjadi tantangan bagi generasi muda saat ini. Banyak generasi muda saat ini mulai berubah cara berpikirnya akibat dominasi media yang semakin banyak.
Bahkan, akibat dari screen time yang tinggi, berpotensi melalaikan mereka dari peran nyata kehidupan. Karena mereka sudah menjadikan media sosial sebagai segmen hidup baru di dunia maya. Sehingga, bagi mereka yang digital native, akan menganggap bahwa dunia maya telah menjadi hidupnya. Hal ini menjadikan mereka sangat bergantung pada internet dan kehidupan virtual yang seolah-olah menjadi dunia nyata bagi mereka.
Akibat seiring meningkatnya laju arus dunia digital, generasi muda bagai diasuh dan diarahkan oleh algoritma dalam hal minat, kesukaan, dan sampai standar kebahagiaan mereka pun masuk di dalamnya. Maka tidak mengherankan jika saat ini banyak sekali generasi muda yang terjerumus dan terjebak. Sehingga mereka menjadi terlalu sibuk dengan dunia maya yang justru menjadikan generasi muda saat ini semakin lalai, karena algoritma tidak bisa menawarkan dinamika kehidupan ataupun tantangan hidup.
Banyak dari generasi muda yang terbuai dan berlama-lama hingga tenggelam dalam sajian layar gawai mereka. Sehingga mengakibatkan mereka fokus pada sesuatu yang tidak ada realitasnya. Bahkan, seringkali beranggapan bahwa solusi bagi permasalahan kehidupan mereka hanya bisa selesai dengan aktivitas screen time yang tinggi.
Akibat dari screen time yang tinggi, mereka lupa pada realitas sesungguhnya bahwa kehidupan yang hakiki terjadi di dunia nyata yang walaupun pada kenyataannya tidak setiap saat menawarkan kebahagiaan terhadap mereka, melainkan justru sebaliknya. Kehidupan dunia nyata merupakan realitas di mana tempat manusia berpijak dan keberadaannya terasa secara fisik, pancainderanya merekam berbagai fenomena, dan akalnya berfungsi secara optimal untuk dapat memikirkan dan memecahkan setiap permasalahan dalam kehidupan.
Namun, tidak semua generasi muda terjebak pada arus digital dunia maya, karena masih ada sebagian dari mereka yang masih kritis dengan kedzaliman penguasa, dan ini merupakan indikasi yang baik. Hanya saja, harus terarah, karena ada sebagian dari mereka yang kritis, beberapa di antaranya menyebabkan mereka terkena delik hukum, karena tidak ada yang mengarahkan mereka. Akibat dari cara berpikir dan perilaku mereka yang masih menggebu-gebu dalam menyampaikan kritik terhadap penguasa, sehingga tidak terarah.
Generasi muda merupakan pasar potensial bagi produk-produk digital. Dan semua kemajuan teknologi selalu dikendalikan oleh ideologi yang melahirkannya. Ketika teknologi digital lahir dari ideologi kapitalisme, maka kapitalisme akan terus menumbuhkan dan memeliharanya. Maka semakin lalailah para generasi muda dalam mengemban tugas mereka yang sesungguhnya, karena ideologi kapitalisme sendiri akan memisahkan agama dari kehidupan.
Kapitalisme akan menjajakan semua produknya dengan melihat bahwa generasi muda adalah pasar yang sangat bagus dan potensial untuk bisnis digital mereka. Konten digital yang tampil di layar gawai didominasi oleh konten-konten negatif. Ide-ide sekuler dan liberal banyak disisipkan, sehingga pada akhirnya algoritma digital akan berperan mengasuh dan mengarahkan cara berpikir generasi muda menjadi arah pandang sekuler, sehingga arah pandang kehidupan generasi muda pun menjadi ikut berubah.
Generasi muda saat ini sangat membutuhkan benteng dalam kehidupan mereka. Agar mereka tidak mudah terjerumus dan tenggelam dalam arus digital yang semakin mengkhawatirkan. Generasi muda harus mempunyai cara pandang yang shahih, yaitu cara pandang yang bersumber dari sang Khalik, bukan yang lain.
Mereka harus diberi pemahaman dan aqidah yang tidak dapat digoyahkan dan diubah oleh apapun selain aqidah Islam. Dari sinilah ketakwaan harus dijadikan standar dalam mengendalikan perilaku setiap individu. Karena ketaatan kepada Allah Ta'ala merupakan suatu wujud dalam keyakinan hakiki bahwa Allah Maha Melihat dan Mengawasi setiap apa yang kita lakukan.
Paradigma Hidup Generasi Muda
Semakin mirisnya kondisi generasi muda saat ini yang semakin lama, sudah semakin terbuai dan tenggelam oleh algoritma digital, maka sudah seharusnya kita lebih peduli dengan mereka. Karena generasi muda adalah penerus kehidupan di dunia nyata, bukan di dunia maya. Dan di tangan generasi muda, peradaban di dunia akan dimulai. Sehingga kita tidak boleh membiarkan mereka teralihkan dari kehidupan dunia nyata yang sesungguhnya.
Para generasi muda harus selalu kita bina agar ketangguhannya bisa tumbuh dalam menghadapi segala pentas kehidupan, walaupun terkadang terasa sulit dijalani, tetapi dengan ketangguhan, ketakwaan, dan pemikiran yang shahih, maka mereka dapat memahami solusi yang hakiki bagi setiap permasalahan hidupnya.
Maka dari sinilah letak ketahanan ideologi. Dengan begitu, maka potensi generasi muda yang sesungguhnya akan menjadi terarah. Dan mereka akan mampu mengatasi problematik hidup.
Oleh karena itu, paradigma atas permasalahan generasi muda harus kita ambil dari Islam. Karena Islam merupakan satu-satunya agama yang shahih. Generasi muda harus diarahkan agar bisa mengenal dan memahami jati dirinya sebagai hamba Allah Ta'ala dan mengenal identitas sesungguhnya sebagai seorang muslim.
Generasi muda juga harus mengambil arah pandang hidup menurut ideologi yang shahih (Islam), karena apabila dilihat dari realitas saat ini, banyak yang menginginkan perubahan, tetapi mereka masih mengambil solusi yang parsial, akibatnya setelah beberapa tahun kemudian mereka berubah menjadi aktivis yang prematur dan mudah tergiur oleh jabatan. Jangan sampai generasi muda menduplikasi aktivis-aktivis liberal.
Pembinaan generasi muda dan pengelolaan segala potensi mereka tidak cukup hanya dengan menguatkan akidah, walaupun akidah merupakan benteng pertama dalam kehidupan itu sendiri. Karena sesungguhnya generasi muda adalah manusia yang pada dasarnya sangat membutuhkan arahan hidup dalam potensi hidupnya, karena memiliki garizah (naluri), hajatul ud hawiyah (kebutuhan fisik), dan akal. Yang secara keseluruhan kebutuhannya telah diatur menurut Allah Ta'ala.
Generasi muda pun membutuhkan lingkungan kondusif yang kental dengan jawil iman (suasana keimanan) serta saling berkolaborasi di antara berbagai elemen umat secara komprehensif dan sistematis. Seperti elemen keluarga, elemen sekolah, elemen masyarakat, elemen partai politik ideologis Islam, dan elemen negara.
Demikianlah sejatinya dibutuhkan sinergi seluruh komponen dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang tangguh. Partai politik Islam ideologis dapat dijadikan tulang punggung pembinaan komponen seluruh komponen umat, termasuk generasi muda. Partai politik Islam ideologis dapat memberikan peran kepada generasi muda agar kritis terhadap pemimpin yang tidak adil, serta dapat mencerdaskan dan meningkatkan taraf berpikir umat, khususnya generasi muda.
Selama berabad-abad lamanya, sejarah telah membuktikan bahwa peradaban Islam telah ditegakkan dan diisi oleh generasi muda bertakwa dan tangguh. Seperti pada zaman para sahabat yang mampu melahirkan generasi pemuda seperti: Mus'ab bin Umair, Muadz bin Jabal, dan juga Ali bin Abi Thalib.
Dan tidak mustahil kita pun dapat melahirkan generasi muda seperti generasi pada masa sahabat nabi, yaitu para generasi muda yang tangguh dan bertakwa dalam menghadapi tantangan dan perkembangan zaman dengan peradaban Islam yang akan segera tegak (Khilafah). Allah Ta'ala berfirman:
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقين
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahlul kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS Ali Imran [3]:110)
Wallahualam bissawab

0 Komentar