MENTAL GENERASI RUSAK AKIBAT DIGITALISASI


Oleh: Nita Nur Elipah
Penulis lepas

Indonesia mencetak rekor dunia. Bukan terkait prestasi olahraga ataupun ekonomi, tetapi penggunaan ponsel untuk mengakses internet.

Laporan Digital 2025 Global Overview mencatat sebanyak 98,7% penduduk Indonesia berusia 16 tahun ke atas menggunakan ponsel untuk online, melampaui Filipina dan Afrika Selatan yang mencatat 98,5%. (CNBC Indonesia, 29/11/2025).

Hari ini, manusia memang tidak bisa lepas dari yang namanya gadget. Bahkan balita dan anak-anak sudah dikenalkan gadget oleh orang tua mereka. Kecanggihan teknologi digital memang sesuatu yang patut disyukuri, karena ia memudahkan manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya.

Namun, di balik manfaat dan dampak positif kecanggihan teknologi digital, ada juga dampak negatifnya. Banyak generasi muda Indonesia hari ini yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat screen time yang berlebihan.

Padahal, penggunaan gadget berlebihan ini akan berdampak pada terjadinya digital dementia, kemalasan berpikir, kesepian, dan minim usaha karena ingin segala sesuatu didapatkan dengan instan.

Di Indonesia sendiri, sampai saat ini belum ada pembatasan usia untuk menggunakan media sosial, misalnya untuk anak di bawah 17 tahun. Padahal, baik media sosial maupun kecanggihan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) sudah terbukti berbahaya bagi kesehatan mental.

Media digital hari ini tidak terlepas dari diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem digital ini menjadi alat untuk merusak generasi muda secara mental. Demi keuntungan perusahaan digital, masalah mental generasi justru diabaikan.

Indonesia hanya dijadikan pasar bagi platform digital tersebut. Negara juga tidak tegas terhadap perusahaan digital dan tidak memiliki komitmen untuk melindungi generasi muda, padahal mereka adalah calon pemimpin masa depan.

Jika generasi muda rusak secara mental, bagaimana mereka bisa memimpin sebuah peradaban? Menghadapi dan menyelesaikan masalah diri sendiri saja mereka tidak bisa. Mereka mudah menyerah tanpa usaha yang maksimal. Kemalasan berpikir semakin membuat generasi muda kehilangan jati diri, ditambah dengan segala informasi yang mereka akses tanpa adanya penyaringan.

Informasi atau pemikiran liberal dan sekuler semakin membuat generasi muda rusak, baik perilaku maupun pemahaman mereka. Ditambah jauhnya mereka dari pemahaman Islam yang benar, semakin menambah kerusakan dalam kehidupan mereka.

Berbeda halnya dengan sistem Islam. Sistem Islam, yakni khilafah, memiliki visi dan misi mewujudkan generasi terbaik sekaligus pemimpin peradaban, sehingga berkomitmen kuat terhadap kualitas generasi muda.

Negara akan melakukan langkah preventif untuk membentengi generasi muda dari pengaruh media digital, yaitu dengan menerapkan sistem pendidikan Islam, optimalisasi peran orang tua sebagai madrasatul ula, dan sinergi masyarakat untuk amar makruf nahi mungkar.

Negara juga melakukan langkah khusus, yaitu:
  • Mengawasi konten media (hanya boleh yang sesuai dengan Islam) dan memberi sanksi bagi yang memposting tayangan yang tidak islami.
  • Membatasi media sosial yang boleh ada dalam khilafah. Tidak semua media sosial boleh ada dalam khilafah. Jika media sosial tersebut berpotensi merusak kepribadian Islam generasi, baik pemikiran maupun tingkah lakunya, negara akan memblokirnya.
  • Membatasi usia generasi yang boleh mengakses media sosial. Mereka yang sudah mampu memilih mana yang baik dan buruk, mampu mengontrol emosi dan hawa nafsunya dengan baik, dan memiliki tujuan mulia menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan menambah pemahaman Islam.
  • Mengatur penggunaan AI agar tidak berdampak buruk pada generasi. Tidak semua hal harus menggunakan teknologi AI. AI hanya digunakan untuk mencerdaskan generasi, bukan malah merusak seperti yang terjadi saat ini.

Masya Allah, itulah beberapa hal penting tentang bagaimana negara dalam Islam menjaga generasi dari gempuran teknologi dan menjaga mental generasi. Hanya dengan Islam lah generasi akan menjadi generasi terbaik sebagai pemimpin peradaban.

Wallahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar