
Oleh: Tati Ristianti
Komunitas Ibu Peduli Generasi
Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, viral di media sosial karena lebih memilih menunaikan ibadah umrah daripada membantu rakyat yang sedang terkena banjir bandang di Aceh Selatan. Berdasarkan berita itu, bupati tersebut diberhentikan sementara selama 3 bulan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menyayangkan tindakan Bupati Aceh Selatan tersebut karena tidak membantu masyarakat Aceh Selatan yang terdampak parah akibat longsor dan banjir. (IDN Times, 07/12/2025)
Bupati Aceh Selatan tersebut beralasan bahwa ia sudah memiliki nazar untuk umrah ke Tanah Suci pada bulan Desember ini sehingga tidak bisa ditunda. Warganet ramai-ramai mencibir dan menyayangkan sikap bupati tersebut karena, menurut masyarakat, seorang pemimpin seharusnya bertanggung jawab terhadap daerah yang dipimpinnya. Apa pun alasannya, ia tidak boleh meninggalkan daerah yang dipimpinnya saat terjadi bencana alam yang melumpuhkan daerah tersebut. Permasalahan ini sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat saat ini.
Masyarakat sepertinya sudah tidak percaya lagi kepada para pemimpin di negeri ini. Para pemimpin di negeri ini hanya bisa beretorika dan berjanji akan menyejahterakan masyarakat ketika mencalonkan diri sebagai pemimpin di daerahnya. Namun, ketika sudah menjabat, para pemimpin di negeri ini justru melupakan janji-janji mereka.
Beginilah nasib masyarakat di negeri ini ketika yang memimpin menerapkan sistem kapitalis sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Mereka juga menerapkan hukum dan peraturan berdasarkan buatan manusia, sehingga yang berkuasa di negeri ini adalah para pengusaha yang mempunyai modal besar. Para pengusaha ini bisa menyetir para pejabat pemerintahan untuk memuluskan jalan usaha mereka tanpa memikirkan dampaknya terhadap masyarakat banyak. Dalam sistem kapitalis ini, para pejabat tersebut lebih memikirkan bagaimana uang sebanyak-banyaknya bisa masuk ke kantongnya dan keluarganya.
Maka dari itu, sudah menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa para pejabat pemerintah lebih mengutamakan kenyamanan hidup para pengusaha besar daripada memberikan kenyamanan kepada rakyat kecil. Dampak dari kebijakan itu, korban utamanya adalah rakyat kecil yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada para pengusaha besar.
Terbukti, ketika izin penebangan pohon dan penambangan besar-besaran diberikan kepada para pengusaha oleh para pejabat daerah sampai pejabat pusat, hal yang tidak diinginkan pun terjadi. Masyarakat banyak menjadi korban bencana alam longsor dan banjir. Sampai sekarang, bantuan pun sulit didapatkan dari pemerintahan ini. Begitulah ketika kapitalis memimpin, sistem yang rusak dan bobrok yang seharusnya ditinggalkan masyarakat.
Adapun solusi yang harus diemban masyarakat adalah solusi Islam. Mengapa solusi Islam? Karena Islam adalah agama dan mabda, yaitu agama yang diturunkan Allah untuk beribadah kepada-Nya, sekaligus dilengkapi peraturan perundang-undangan bagi umat agar umat ini tidak salah jalan dan tersesat. Karena hanya Allah-lah, Sang Pencipta, yang mengetahui bagaimana aturan yang tepat untuk hamba-Nya.
Di dalam Al-Qur'an, Allah telah menjelaskan secara rinci bagaimana bumi diciptakan beserta isinya, serta peraturan-peraturan untuk manusia dan alam ini. Namun, manusia mengingkari ayat-ayat Allah itu. Karena itu, Allah telah memperingatkan manusia di dalam Al-Qur'an Surah Ar-Rum ayat 41 yang artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Adapun peraturan agar manusia menjaga alam dan bumi terdapat di dalam Surah Al-A'raf ayat 56 yang artinya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.
Selain itu, Allah memerintahkan para pemimpin agar memimpin rakyatnya dengan adil, sesuai firman Allah di dalam Al-Qur'an Surah Sad ayat 26 yang artinya: Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.
Maka dari itu, jelas bahwa Allah sudah memberikan paket lengkap kepada hamba-Nya, dengan menciptakan manusia dan alam semesta beserta peraturan-peraturannya di dalam Al-Qur'an agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Dengan demikian, tidak akan terjadi bencana alam seperti sekarang ini, longsor dan banjir yang mengakibatkan banyak nyawa melayang sia-sia dan banyak rumah habis tersapu air bah.
Adapun aturan-aturan ini hanya bisa diterapkan di dalam naungan khilafah agar hukum-hukum yang sesuai syariat Islam dapat terlaksana dengan baik dan benar. Terakhir, penulis ingin menyampaikan bahwa ketika khilafah tegak, pada masa Khilafah Turki Utsmani, dikabarkan tidak ada seorang pun khalifah yang pergi berhaji, apalagi umrah. Perjalanan jauh untuk sampai ke Makkah memerlukan waktu berbulan-bulan.
Pada saat itu, suasana negara Khilafah Turki Utsmani dibayangi oleh dua negara besar, yaitu Portugal dan Spanyol, pada tahun 1517, yang bisa saja suatu waktu mengambil alih wilayah khilafah jika khalifahnya pergi berhaji. Saat itu berkecamuk perang di wilayah-wilayah besar.
Wilayah Khilafah Turki Utsmani termasuk salah satu wilayah yang diperebutkan bangsa-bangsa besar, sehingga negara tidak akan aman jika khalifahnya pergi berhaji. Seharusnya para pemimpin kita belajar dari sejarah kegemilangan Islam tersebut, yaitu lebih memilih memikirkan rakyatnya daripada ibadah-ibadah untuk dirinya sendiri saja, karena seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.
Wallahu a'lam bisshawab.

0 Komentar